Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Asam Amino di DNA Atmosfer Planet Venus, Benarkah Bukti Kehidupan?

Kompas.com - 18/10/2020, 20:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com- Saat ini, planet Venus tengah menjadi salah satu perhatian para astronom dan ilmuwan.

Bulan lalu, penemuan biomarker fosfin potensi pada atmosfer bagian atas planet ini menarik perhatian para ahli.

Studi baru kembali diungkapkan para ilmuwan yang mengklaim telah menemukan asam amino glisin di atmosfer Venus.

Dalam makalah berjudul Detection of simplest amino acid glycine in the atmosphere of the Venus, penulis utama, Arijit Manna, Ph.D dari Departemen Fisika di Midnapore College di West Bengal, India mengatakan ada sekitar 500 asam amino yang diketahui.

Makalah ini baru diterbitkan secara pra-cetak dalam arxiv.org, yang artinya belum ditinjau rekan sejawat dan belum resmi dipublikasikan dalam jurnal.

Baca juga: Venus Simpan Misteri Kehidupan, NASA Pertimbangkan Misi ke Planet Ini

 

Temuan yang dipaparkan dalam makalah ini menyebut dari 500 asam amino, hanya 20 yang ada dalam kode genetik dan glisin adalah yang paling sederhana.

Kendati demikian glisin dan asam amino bukanlah tanda biologis yang khas, namun zat ini adalah beberapa bahan penyusun kehidupan.

Faktanya, seperti dikutip dari Science Alert, Minggu (18/10/2020), asam amino dan glisin merupakan molekul organik pertama yang muncul di Bumi. Glisin penting untuk pengembangan protein dan senyawa biologis lainnya.

Deteksi kedua molekul ini menggunakan Atacama Large Milimeter atau sub mimilimeter Array (ALMA), yakni dengan spektroskopi.

Baca juga: Ahli Temukan Gas di Venus yang Terkait dengan Kehidupan Bumi

 

Peneliti menemukannya pada garis lintang tengah, dekat ekuator Venus dan disitulah sinyal terkuat, dan tidak ada yang terdeteksi di kutub.

"Ini terdeteksi di atmosfer Venus yang mungkin menjadi salah satu kunci untuk memahami mekanisme pembentukan molekul prebiotik di atmosfer Venus," tulis peneliti.

Pembentukan atmosfer bagian atas planet kedua dari tata surya ini mungkin melalui metode biologis yang hampir sama dengan Bumi pada miliaran tahun yang lalu.

Pada pertengahan Spetember lalu, tim peneliti melaporkan telah menemukan fosfin di atmosfer Venus. Seperti glisin, itu juga terdeteksi lebih kuat di garis lintang tengah.

Konsep gunung berapi aktif di planet Venus yang digambarkan seorang seniman. Menggambarkan zona subduksi di mana kerak latar depan terjun ke interior planet di parit topografi. Penelitian baru mengungkap planet ini memiliki banyak struktur vulkanik aktif.NASA/JPL-Caltech/Peter Rubin Konsep gunung berapi aktif di planet Venus yang digambarkan seorang seniman. Menggambarkan zona subduksi di mana kerak latar depan terjun ke interior planet di parit topografi. Penelitian baru mengungkap planet ini memiliki banyak struktur vulkanik aktif.

Fosfin bisa menjadi tanda-tanda biologis dan terdapat juga di Bumi. Akan tetapi, itu bisa dibuat secara kimiawi, meski membutuhkan energi yang sangat besar.

Molekul tersebut juga telah terdeteksi di Jupiter dan Saturnus, di mana ada energi yang melimpah untuk produksinya. Sedangkan pada Venus tidak memiliki energi yang dibutuhkan untuk membuatnya.

Tim peneliti sangat hati-hati dengan temuan fosfin tersebut. Sebab, dalam makalah mereka, mereka hampir meminta peneliti lain untuk menjelaskan keberadaan fosfin tanpa menyebut kehidupan.

Beberapa minggu kemudian, tim peneliti lain menunjukkan tanda lain. Dalam makalah mereka, yang disebut perspektif hipotesis, mereka mengatakan bahwa gunung berapi dapat menjelaskan fosfin.

"Kami berhipotesis bahwa jumlah jejak fosfida yang terbentuk di mantel akan dibawa ke permukaan oleh vulkanisme, dan kemudian dikeluarkan ke atmosfer, di mana mereka dapat bereaksi dengan air atau asam sulfat untuk membentuk fosfin," jelas peneliti.

Baca juga: Pertama Kali, Peneliti Temukan 37 Gunung Berapi Aktif di Venus

 

Kehidupan di atmosfer Venus

Menurut peneliti, seperti dikutip dari Universe Today, kemungkinan kawasan atmosfer planet Venus telah menjadi tempat tinggal bagi kehidupan.

"Tentu, hal ini akan menjadi pengaturan yang aneh dan tidak biasa dari sudut pandang kami," kata peneliti.

Sebab, Venus sangat tidak ramah untuk sebagian besar bentuk kehidupan. Atmosfernya asam, suhunya sangat panas dan dapat melelehkan pesawat ruang angkasa, serta tekanan atmosfer sedang bisa menghancurkan.

Akan tetapi, awan di ketinggian antara 48 dan 60 km di atas permukaan, suhunya tidak begitu mematikan.

Kendati demikian, penemuan glisis dianggap sebagai hal yang semakin membuat Venus kian penuh misteri dan ketidakpastian. Meskipun penemuan ini menarik dan layak untuk dipelajari lebih lanjut, namun para peneliti menyadari studi ini perlu dihadapi dengan hati-hati.

Baca juga: 2026, NASA Berencana Luncurkan Misi ke Venus

 

"Perlu dicatat bahwa deteksi glisin di atmosfer Venus adalah petunjuk keberadaan kehidupan, tetapi bukan berarti bukti kuat," peneliti mengingatkan.

Deteksi glisin di atmosfer Venus mungkin menunjukkan adanya bentuk awal kehidupan di atmosfer planet tata surya karena asam amino adalah penyusun protein. Venus mungkin sedang melalui tahap utama evolusi biologis, namun bisa juga tidak demikian.

Glisin di Bumi diproduksi dengan prosedur biologis dan ada kemungkinan bahwa glisin Venus diproduksi dengan cara fotokimia atau geokimia lain yang mungkin tidak umum di Bumi.

Untuk lebih mengetahui misteri kehidupan di Venus tersebut, kita membutuhkan lebih banyak pesawat ruang angkasa yang bisa menuju planet ini.

"Sebuah misi Venus dengan pengambilan sampel langsung dari permukaan dan awan planet Venus dapat mengkonfirmasi sumber glisin di planet ini," kata para penulis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com