Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Ragu dengan Vaksin? Simak dan Cermati 5 Penjelasan Ahli Ini

Kompas.com - 17/10/2020, 13:07 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

"Artinya vaksin efektif menekan penyebaran penyakit tertentu,"  ujarnya.

Salah satu peristiwa yang fenomenal adalah penekanan penyakit melalui imunisasi atau vaksin ini adalah pencegahan penularan penyakit Smallpox atau cacar. Akibat imunisasi yang masif dilakukan, penyakit ini musnah sejak tahun 1979. 

WHO menyebutkan, setidaknya ada 2-3 juta nyawa terselamatkan dari penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi.

3. Vaksin jarang menimbulkan efek samping

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembuatan vaksin memiliki tahapan yang sangat ketat dan juga waktu yang lama.

Sehingga, sebelum diberikan kepada manusia secara masal atau komersial, vaksin itu juga di cek kebermanfaatan, keamanan sampai efek sampingnya.

Data kesehatan menunjukkan, 95 persen efek samping vaksin bersifat ringan atau lokal, dan tidak menimbulkan fatalitas.

"Kadang-kadang vaksin juga menyebabkan demam, tapi tidak perlu khawatir, karena demam adalah tanda bahwa vaksin tersebut bekerja menstimulasi sistem kekebalan,"  jelas Dirga.

" Vaksin terbukti aman dan efektif, juga sebenarnya merupakan proses lanjutan dari imunisasi di masa anak-anak,"  imbuhnya.

4. Vaksinasi bukan memasukkan virus

Dalam kesempatan yang berbeda, Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19, dr Reisa Broto Asmoro menegaskan, vaksinasi adalah proses yang tak perlu dikhawatirkan karena menjadi awal pembentukan antibodi terhadap suatu penyakit tertentu.

"Yang pasti jika masih ada masyarakat yang khawatir bahwa vaksin ini seolah memasukkan penyakit ke dalam tubuh, itu salah. Itu mitos,"  kata Reisa dalam diskusi media Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk Vaksin: Menjawab Mitos dan Menolak Hoaks, Kamis (8/10/2020).

Baca juga: Update Perkembangan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac di Indonesia

5. Vaksin tidak sebabkan autisme

Salah satu mitos yang bertahan dan mengubah pola pikir masyarakat sehingga menolak segala bentuk vaksinasi ini dipicu oleh hasil penelitian yang dilakukan Dr Andrew Wakefield di tahun 1998.

Riset lama ini  menyatakan bahwa imunisasi Measles-Mumps-Rubella (MMR) sebagai penyebab austisme.

"Ini tidak benar. Namun mampu menjadi mitos yang kuat di masyarakat. Hasil penelitian inipun sesungguhnya telah ditarik dan dinyatakan sebagai informasi yang salah sehingga telah ditindak bahkan izin praktiknya dicabut oleh sebuah lembaga kesehatan, General Medical Council,” kata Reisa.

Reisa menambahkan, vaksin dipastikan adalah sebuah proses penelitian yang hati-hati, tahap uji klinis dan rangkaian panjang, sehingga aspek kesehatannya terjamin bisa dipertanggungjawabkan, termasuk vaksin Covid-19 nantinya.

"Jadi masyarakat tak perlu ragu dan khawatir," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com