Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Ragu dengan Vaksin? Simak dan Cermati 5 Penjelasan Ahli Ini

Kompas.com - 17/10/2020, 13:07 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mungkin Anda adalah salah seorang yang meragukan manfaat vaksin atau imunisasi dan menolak melakukan imunisasi.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog, Dr Dirga Sakti Rambe MSc SpPD menegaskan, pemberian vaksinasi seharusnya tidak lagi diragukan ataupun dikhawatirkan.

Ada 5 penjelasan yang perlu Anda ketahui jika masih ragu dengan pemberian imunisasi atau vaksinasi, antara lain:

1. Proses produksi panjang yang teruji dan diawasi

Dirga menerangkan, proses produksi vaksin itu sendiri tidak mudah atau tidak asal jadi.

Proses pembuatan vaksin harus melewati banyak tahapan atau fase, mulai dari fase uji pre klinis untuk mengetahui bahan dasar yang tepat.

Baca juga: Bagaimana Vaksin Membunuh Virus?

Kemudian dilanjutkan pada fase 1 sampai fase 4, dari mulai pengujian pada hewan seperti tikus atau monyet, pengujian keamanan, pengujian efikasi (manfaat atau khasiat), sampai pengujian efek samping vaksin tersebut pada manusia.

Dirga berkata, dengan mekanisme tahapan uji yang sangat ketat itu ditujukan untuk menjamin keamanan vaksin tersebut saat diberikan kepada manusia secara komersial.

Pembuatan vaksin sampai menjadi produk komersil, membutuhkan waktu minimal 6-10 tahun. Bahkan, saat sebuah vaksin sudah mendapatkan izin edar, keamanan vaksin terus diawasi oleh berbagai lembaga. 

Di Indonesia ada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) selaku pengawas.

Dalam kasus luar biasa seperti pandemi Covid-19 ini, Dirga berkata, industri kesehatan mempercepat proses penemuan vaksin, tetapi tentunya dengan tidak meninggalkan prinsip kehati-hatian dan keamanan.

"Membuat vaksin itu cukup sulit, bahkan lebih sulit daripada membuat obat baru, karena konsepnya untuk pencegahan. Vaksin diberikan untuk orang yang sehat, jadi kemanan itu nomor satu," kata Dirga dalam acara forum dialog kabar bertajuk Mengapa Vaksin Penting? Perlukan untuk Orang Dewasa? di Media Center KPCPEN, Kamis (15/10/2020).

2. Vaksin masuk kategori 10 Greatest Public Health Achievements

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa vaksin dikategorikan sebagai salah satu dari 10 Prestasi Kesehatan Masyarakat Terbesar (10 Greatest Public Health Achievements).

Dijelaskan Dirga, setelah ditemukannya vaksin terbukti ada penurunan penyebaran penyakit secara signifikan.

Bagaimana vaksin bisa membunuh virus?Palak Mehta, Author provided Bagaimana vaksin bisa membunuh virus?

"Artinya vaksin efektif menekan penyebaran penyakit tertentu,"  ujarnya.

Salah satu peristiwa yang fenomenal adalah penekanan penyakit melalui imunisasi atau vaksin ini adalah pencegahan penularan penyakit Smallpox atau cacar. Akibat imunisasi yang masif dilakukan, penyakit ini musnah sejak tahun 1979. 

WHO menyebutkan, setidaknya ada 2-3 juta nyawa terselamatkan dari penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi.

3. Vaksin jarang menimbulkan efek samping

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembuatan vaksin memiliki tahapan yang sangat ketat dan juga waktu yang lama.

Sehingga, sebelum diberikan kepada manusia secara masal atau komersial, vaksin itu juga di cek kebermanfaatan, keamanan sampai efek sampingnya.

Data kesehatan menunjukkan, 95 persen efek samping vaksin bersifat ringan atau lokal, dan tidak menimbulkan fatalitas.

"Kadang-kadang vaksin juga menyebabkan demam, tapi tidak perlu khawatir, karena demam adalah tanda bahwa vaksin tersebut bekerja menstimulasi sistem kekebalan,"  jelas Dirga.

" Vaksin terbukti aman dan efektif, juga sebenarnya merupakan proses lanjutan dari imunisasi di masa anak-anak,"  imbuhnya.

Ilustrasi vaksin Covid-19. (DOK. KOMINFO) Ilustrasi vaksin Covid-19. (DOK. KOMINFO)

4. Vaksinasi bukan memasukkan virus

Dalam kesempatan yang berbeda, Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19, dr Reisa Broto Asmoro menegaskan, vaksinasi adalah proses yang tak perlu dikhawatirkan karena menjadi awal pembentukan antibodi terhadap suatu penyakit tertentu.

"Yang pasti jika masih ada masyarakat yang khawatir bahwa vaksin ini seolah memasukkan penyakit ke dalam tubuh, itu salah. Itu mitos,"  kata Reisa dalam diskusi media Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk Vaksin: Menjawab Mitos dan Menolak Hoaks, Kamis (8/10/2020).

Baca juga: Update Perkembangan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac di Indonesia

5. Vaksin tidak sebabkan autisme

Salah satu mitos yang bertahan dan mengubah pola pikir masyarakat sehingga menolak segala bentuk vaksinasi ini dipicu oleh hasil penelitian yang dilakukan Dr Andrew Wakefield di tahun 1998.

Riset lama ini  menyatakan bahwa imunisasi Measles-Mumps-Rubella (MMR) sebagai penyebab austisme.

"Ini tidak benar. Namun mampu menjadi mitos yang kuat di masyarakat. Hasil penelitian inipun sesungguhnya telah ditarik dan dinyatakan sebagai informasi yang salah sehingga telah ditindak bahkan izin praktiknya dicabut oleh sebuah lembaga kesehatan, General Medical Council,” kata Reisa.

Reisa menambahkan, vaksin dipastikan adalah sebuah proses penelitian yang hati-hati, tahap uji klinis dan rangkaian panjang, sehingga aspek kesehatannya terjamin bisa dipertanggungjawabkan, termasuk vaksin Covid-19 nantinya.

"Jadi masyarakat tak perlu ragu dan khawatir," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com