Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ngidam Makanan Tertentu Tanda Tubuh Kekurangan Nutrisi, Benarkah?

Kompas.com - 11/10/2020, 18:01 WIB
Dinda Zavira Oktavia ,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Healthline

Di sisi lain ada berbagai argumen yang menentang teori bahwa mengidam adalah tanda tubuh "kekurangan nutrisi", berikut penjelasannya:

Mengidam Berhubungan Dengan Gender

Menurut penelitian, frekuensi ngidam seseorang sebagian dipengaruhi oleh jenis kelamin.

Dikutip dari Healthline, Sabtu (11/10/2020), wanita tampaknya dua kali lebih mungkin mengidam makanan daripada pria.

Pria lebih cenderung menyukai makanan gurih, tetapi wanita memang lebih cenderung menginginkan makanan manis, seperti coklat.

Mereka yang percaya bahwa kekurangan nutrisi menyebabkan ngidam, sering menyebut bahwa menginginkan makanan gurih sering dikaitkan dengan asupan natrium atau protein yang tidak tercukupi, sedangkan mengidam coklat disebabkan oleh kekurangan magnesium.

Namun, ada sedikit bukti yang mendukung perbedaan gender dalam risiko kekurangan nutrisi ini.

Satu studi melaporkan, pria umumnya memenuhi 66-84% dari Recommended Dietary Intake (RDI) atau asupan harian yang direkomendasikan untuk magnesium, sementara wanita memenuhi sekitar 63-80% dari RDI mereka.

Sebenarnya ada kaitan terbatas antara ngidam dan kebutuhan nutrisi, seperti asumsi di balik teori “kekurangan nutrisi”, bahwa mereka yang asupankekurangan nutrisi tertentu lebih cenderung menginginkan makanan yang mengandung nutrisi tersebut.

Namun, buktinya tidak selalu demikian.

Baca juga: Makan Terlalu Banyak, Ini Penjelasan dari Alasan Makan Berlebihan hingga Akibatnya

Kondisi Kehamilan

Salah satunya adalah keadaan ibu hamil, di mana perkembangan bayi hanya bisa mengandalkan kebutuhan nutrisi tertentu dari sang ibu.

Hipotesis “kekurangan gizi” akan memprediksi, bahwa ibu hamil akan mendambakan makanan kaya gizi, terutama selama tahap akhir perkembangan bayi ketika kebutuhan gizi paling tinggi.

Namun, penelitian melaporkan bahwa wanita cenderung menginginkan makanan tinggi karbohidrat, tinggi lemak, dan cepat saji selama kehamilan, daripada alternatif yang kaya nutrisi.

Terlebih lagi, ngidam makanan cenderung muncul selama paruh pertama kehamilan, yang membuatnya tidak mungkin disebabkan oleh peningkatan kebutuhan kalori.

Studi penurunan berat badan memberikan argumen tambahan yang menentang teori “kekurangan nutrisi”.

Dalam satu studi penurunan berat badan, peserta yang mengikuti diet rendah karbohidrat selama dua tahun melaporkan mengidam makanan kaya karbohidrat jauh lebih rendah daripada mereka yang mengikuti diet rendah lemak.

Demikian pula, peserta yang melakukan diet rendah lemak selama periode yang sama melaporkan lebih sedikit mengidam makanan berlemak tinggi.

Sementara dalam penelitian lain, diet minuman rendah kalori menurunkan frekuensi mengidam secara keseluruhan.

Baca juga: Daftar Makanan Terbaik dan Terburuk untuk Asam Urat

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com