Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/10/2020, 11:02 WIB
Dinda Zavira Oktavia ,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber Space

KOMPAS.com- Meteorit adalah batuan sisa dari terbakarnya komet atau asteroid yang memasuki atmosfer Bumi. Lapisan atmosfer inilah yang melindungi planet yang kita tinggali dari benda-benda langit yang berpotensi jatuh ke Bumi.

Tak dipungkiri bahwa gravitasi atau daya tarik medan magnet Bumi yang sangat kuat memungkinkan menarik benda langit apapun untuk jatuh.

Saat memasuki lapisan Bumi, benda-benda ini akan terbakar, ada yang tidak bersisa, namun ada juga yang bertahan.

Lantas, seberapa sering meteorit jatuh dan menghantam Bumi?

Meskipun tumbukan besar jarang terjadi, ribuan potongan kecil batuan luar angkasa, yang disebut meteorit, menghantam Bumi setiap tahun.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Bukti Dampak Meteorit Raksasa pada Permukaan Bulan

 

Dilansir dari Space, Jumat (10/10/2020), sebagian besar dari peristiwa ini tidak dapat diprediksi dan tidak diketahui.

"Karena mereka mendarat di hutan tak berpenghuni yang luas atau di perairan terbuka seperti lautan," kata Bill Cooke dan Althea Moorhead dari Kantor Lingkungan Meteoroid NASA.

Untuk diketahui, meteorit berasal dari meteorid yakni sisa-sisa batuan dari komet atau asteroid yang bergerak di luar angkasa. Saat benda-benda ini memasuki atmosfer Bumi, maka mereka disebut dengan meteor.

"Sebagian besar (antara 90 dan 95 persen) meteor ini benar-benar terbakar di atmosfer, menghasilkan garis terang yang bisa dilihat di langit malam," kata Moorhead.

Baca juga: Manuskrip Kuno Turki Catat Kematian Seseorang karena Meteorit Jatuh

 

Namun, ketika meteor tidak terbakar habis dan kemudian terjun dengan kecepatan tinggi menuju Bumi dan jatuh ke tanah, mereka disebut meteorit.

Dampak meteorit jatuh

Meteor jatuh adalah bencana tak terduga. Kebanyakan meteorit yang ditemukan di tanah memiliki berat kurang dari satu kilogram biasanya hanya sekitar 0,45 kg.

Kendati tampaknya potongan-potongan kecil batu ini tidak akan menimbulkan banyak kerusakan, namun meteorit yang bergerak dengan kecepatan 322 km per jam dapat jatuh menimpa atap rumah atau menghancurkan kaca depan mobil.

Warga menunjukkan batu seukuran bola sepak yang diduga meteorit yang jatuh di sawah di Bihar, India timur.AFP PHOTO / STR Warga menunjukkan batu seukuran bola sepak yang diduga meteorit yang jatuh di sawah di Bihar, India timur.

Peristiwa meteorit jatuh dan menimpa rumah atau benda-benda di Bumi juga banyak dilaporkan. Namun, menurut Cooke, pecahan batu yang jatuh dari langit bahkan bukan masalah terbesar terkait dampak meteor.

"Yang menyebabkan kerusakan paling besar adalah gelombang kejut yang dihasilkan meteor saat pecah di atmosfer (bumi)," kata Cooke.

Secara umum, para astronom tidak dapat memprediksi dampak meteorit, terutama karena meteoroid yang bergerak di luar angkasa terlalu kecil untuk dideteksi. Namun, peristiwa meteorit besar yang berasal dari asteroid, yang dapat dilacak di luar angkasa, tidak dapat diprediksi.

"Untungnya, antara 90 dan 95 persen meteor tidak selamat dari kejatuhan melalui atmosfer bumi untuk menghasilkan meteorit," jelas Moorhead.

Baca juga: Meteorit Pelangi Ditemukan di Kosta Rika, Batuan Luar Angkasa Langka

 

Hal ini karena sebagian besar meteorit diyakini berasal dari komet, yang lebih rapuh daripada asteroid.

Moorhead menambahkan hanya meteoroid yang kebetulan terbuat dari material yang lebih kuat yang menghasilkan meteorit.

"Selain itu, jika meteor yang mendekati Bumi dengan kecepatan lebih lambat, batu tersebut kemungkinan akan selamat dari tabrakannya dengan atmosfer Bumi," jelas Moorhead.

Dengan kata lain, meteor jatuh tidak akan terbakar seluruhnya, dan beberapa sisa meteorit akan jatuh ke tanah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com