Dari kajian kami, ada tiga hal prioritas yang perlu mendapat perhatian sebagai upaya mitigasi karhutla.
Pertama, perlunya deteksi dini dalam mengantisipasi tahun-tahun kering minim hujan atau El-Nino.
Dalam hal ini, peran Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjadi sentral untuk memperkirakan terjadinya tahun-tahun El-Nino.
Meskipun hingga saat ini kondisi iklim tahunan masih sulit diprediksi, kajian kami mengindikasikan bahwa tahun-tahun kemarau panjang umumnya ditandai dengan curah hujan yang minim pada awal periode musim kemarau yang biasanya dimulai bulan Mei. Namun demikian, perlu dikaji lebih dalam mengenai indikasi tersebut.
Kedua, lahan gambut terdegradasi sebagai kawasan prioritas untuk mengurangi risiko kebakaran.
Dalam hal ini, pelarangan penggunaan api secara total untuk membuka lahan di kawasan gambut menjadi strategi kunci, terlepas kondisi iklim tahunannya. Upaya-upaya yang dirintis oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) yang mengkampanyekan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) patut diteruskan dan diperbesar skalanya.
Strategi tersebut perlu dibarengi dengan restorasi lahan gambut secara berkelanjutan dengan tujuan untuk menjaga gambut agar tidak kering.
Ketiga, lebih memperketat pengawasan pada sektor perkebunan intensif sebagai sektor prioritas mitigasi karhutla.
Upaya-upaya pengawasan dan penegakan hukum bagi pelaku karhutla pada sektor perkebunan intensif telah dijalankan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Strategi ini perlu diperkuat dengan peran serta dari masyarakat dan akademisi, namun mereka harus diberikan perlindungan hukum sehingga tidak dikriminalisasi seperti yang terjadi pada seorang guru besar IPB.
Seperti halnya pengobatan penyakit, karhutla yang diibaratkan penyakit kronis perlu didiagnosa sumber dan pola permasalahannya sebelum kita dapat meresepkan solusi yang efektif. Tidak hanya untuk memecahkan masalah tahun ini, namun juga untuk tahun-tahun ke depan sehingga kejadian dan dampak karhutla dapat dimitigasi secara berkelanjutan.
Sugeng Budiharta, PhD
Peneliti bidang ekologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.