Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Fisik, Menerapkan Protokol Kesehatan Baik untuk Kesehatan Mental

Kompas.com - 18/09/2020, 17:05 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

 

Dalam survei online MacGeorge dan timnya, 442 orang dewasa di AS menyelesaikan serangkaian pertanyaan terkait tingkat stres, kecemasan dan depresi mereka, serta kepatuhan mereka terhadap aturan pandemi.

Selain itu juga bagaimana strategi penanganan mereka, keuangan, fisik, sosial, dan mental mereka saat ini.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut diulangi pada tiga tahap berbeda pada awal pandemi: yang pertama pada akhir April, yang kedua pada awal Mei, dan yang ketiga pada pertengahan hingga akhir Mei.

Secara umum, penulis menemukan sedikit dampak negatif pada kesehatan mental peserta, meskipun ada beberapa kelompok orang lebih menderita daripada yang lain.

Baca juga: Suka Lembur? Siap-siap Terkena Penyakit Fisik dan Mental

Pada bulan-bulan awal pandemi, orang dewasa yang lebih muda dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya melaporkan, kesehatan mental yang lebih buruk secara keseluruhan.

"Pengaruh kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya tidak mengejutkan, mengingat Covid-19 diketahui sejak awal akan lebih parah, bahkan mematikan bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan sebelumnya,” jelasnya.

“Dan peringatan untuk efek ini dimasukkan dalam pedoman kesehatan masyarakat nasional."

Namun, anak muda berisiko lebih rendah terinfeksi Covid-19. Tapi, mengapa mereka begitu lelah secara mental?

Para penulis menemukan, kombinasi faktor-faktor seperti hilangnya ikatan sosial, sekolah dan perguruan tinggi yang ditutup, perubahan pada pekerjaan paruh waktu, dan stabilitas emosional yang sering muncul seiring bertambahnya usia sangat berpengaruh.

Pada saat yang sama, para peserta yang terus-menerus berdiskusi dengan orang lain tentang pandemi, tampaknya juga memiliki kesehatan mental yang lebih buruk - seperti halnya mereka yang melaporkan ketegangan sosial yang lebih besar di dalam rumah, atau kurangnya dukungan sosial dari teman dan keluarga.

Faktanya, para penulis mencatat, ketegangan sosial sejauh ini merupakan prediktor stres, kecemasan, dan depresi yang paling kuat dan paling konsisten.

Jelas sulit untuk membuat diri Anda dikelilingi orang yang Anda sukai, saat Anda terjebak dalam karantina.

Tetapi, menelepon teman atau menghabiskan waktu mengobrol online dengan anggota keluarga kemungkinan akan sedikit membantu.

Pasalnya, bersosialisasi secara teratur dapat membantu mengurangi risiko depresi.

Baca juga: Kesepian Tak Cuma Memicu Depresi, tapi Juga Bikin Cepat Pikun

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com