Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Jarak Diperketat, Studi Ungkap Infeksi Covid-19 Dapat Lebih Rendah

Kompas.com - 15/09/2020, 16:31 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Angka penularan Covid-19 di dunia terus meningkat seiring kembalinya aktivitas masyarakat seperti sediakala.

Di antaranya seperti penggunaan alat transportasi umum, dibukanya fasilitas publik, kunjungan tempat ibadah dan banyaknya perjalanan ke luar kota yang mulai dilakukan masyarakat.

Bahkan, sejumlah kota di Indonesia melaporkan kasus penularan Covid-19 banyak berasal dari restoran atau tempat makan.

Menurut studi yang dilakukan para peneliti di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, faktor-faktor tersebut dikaitkan dengan tingginya angka positif Covid-19 yang terjadi saat ini.

Baca juga: Cegah Corona, Jaga Jarak dari Covid-19 Kenapa Tiap Negara Berbeda?

 

Sementara, penerapan jaga jarak sosial atau fisik (physical distancing) yang sangat rendah, kemungkinan juga menjadi penyebabnya.

Seperti dikutip dari Science Daily, Selasa (15/9/2020), peneliti menganalisis dengan dari data survei yang diambil secara acak terhadap lebih dari 1.000 orang di negara bagian Maryland pada akhir Juni.

Dalam survei tersebut menanyakan tentang penerapan jaga jarak fisik, penggunaan transportasi umum, riwayat infeksi virus corona SARS-CoV-2 dan berbagai perilaku lain yang relevan terkait Covid-19.

Salah satu yang ditemukan menurut laporan peneliti yakni penggunaan transportasi umum yang relatif sering, empat kali lebih mungkin terjadinya penularan infeksi virus corona terjadi.

Baca juga: Infeksi Covid-19 di Indonesia Lampaui 54.000 Kasus, Apa Saja Obatnya?

 

Sementara mereka yang melaporkan penerapan jarak sosial luar ruangan yang ketat, menunjukkan kemungkinan infeksi Covid-19 hanya sekitar sepersepuluh.

Studi ini diyakini sebagai evaluasi skala besar pertama dari perilaku terkaut Covid-19 yang didasarkan pada data survei tingkat individu.

Hasil studi ini telah dipublikasikan secara online pada 2 September lalu di Clinical Infections Diseases.

"Temuan kami mendukung gagasan bahwa jika Anda harus pergi keluar, maka penerapan jarak sosial atau fisik harus dilakukan dengan sejauh mungkin," kata penulis senior studi Sunil Solomon, MBBS, PhD, MPH, profesor di Departemen Epidemiologi di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com