Dalam Konvensi PBB (CBD) disebut 'kartu laporan terakhir' tentang kemajuan terhadap 20 target keanekaragaman hayati global yang disepakati pada 2010 dengan tenggat waktu penyelesaian pada 2020.
"Kemajuan telah tercapai, tapi tak satu pun dari target tersebut yang telah tercapai sepenuhnya," ujar Maruma Mrema.
Selain peringatan yang tegas, laporan ini juga menetapkan instruksi manual tentang cara menurunkan kurva terkait hilangnya keanekaragaman hayati.
Baca juga: Hutan Hujan Amazon Kena Proyek Pengaspalan, Kerusakan Lingkungan di Depan Mata
Rencananya, menurut David Cooper, wakil sekretaris eksekutif CBD, tahun depan konferensi PBB untuk keanekaragaman hayati akan digelar di China.
"Di mana negara-negara diharapkan mengadopsi kerangka kerja baru untuk mewakili komitmen global untuk meletakkan alam agar bisa mulai merintis pemulihan pada 2030," kata Cooper.
Kerangka kerja yang dijuluki 'perjanjian iklim Paris untuk alam' yang diharapkan menjadi komitmen bagi 196 negara yakni akan mencakup delapan transisi utama, di antaranya sebagai berikut.
Baca juga: Dampak Pandemi Virus Corona pada Lingkungan, Polusi Udara Global Turun
"Covid-19 telah menjadi pengingat yang kuat, mengaitkan tindakan manusia dan alam. Sekarang kita memiliki kesempatan untuk melakukan hal yang lebih baik pascapandemi," jelas Mrema.
Bahkan, pandemi ini berkaitan juga dengan perdagangan satwa liar dan perambahan hutan. Para ilmuwan mengatakan hal itu meningkatkan risiko penyebaran penyakit dari hewan ke manusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.