Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi DNA Ungkap Kepunahan Megafauna Mastodon Amerika

Kompas.com - 07/09/2020, 17:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Selama enam tahun, ada perubahan yang signifikan pada pemahaman para peneliti tentang mastodon Amerika Utara.

Saat memulai penelitian ini, Karpinski mengatakan variabilitas regional mastodon Amerika pada dasarnya telah diabaikan sebelum ditemukannya mastodon Pasifik (Mammut pacificus) tahun lalu.

Seperti dilansir dari Gizmodo, Karpinski mengakui sempat menyamakan mastodon dengan mammoth, padahal tidak semua kerabat gajah purba adalah mammoth.

Baca juga: Bak Film King Kong, 6 Megafauna Ini Pernah Menghuni Bumi Indonesia

 

"Salah satu bagian tersulit adalah saat kami melakukan (analisis) DNA purba yang hanya ada sedikit materi yang tersisa dari tulang hewan sebenarnya," jelas Karpinski.

Karpinski mengatakan bahwa penelitian ini adalah tonggak sejarah dalam paleontologi. Sebab, itu adalah bagian menarik dari analisis terkait 33 genom mitokondria dari 122 fosil yang dianggapnya luar biasa.

Mungkin itu angka yang cukup rendah, tetapi bagi para ahli paleontologi jumlah genom mitokondria ini sangat tidak mungkin diurutkan dari sisa fosil yang diperoleh 10 tahun lalu.

Sebelum penelitian ini, hanya ada dua genom mitokondria yang lengkap dari mastodon Amerika yang pernah diteliti.

Baca juga: Studi: Sebagian Besar Megafauna Dunia Punah karena Dikonsumsi Manusia

 

"Ini adalah studi genetika skala besar pertama pada megafauna di Amerika Utara. Ini juga adalah peningkatan besar dalam genom mitokondria mastodon," kata Karpinski.

Seorang ahli paleontologi di Government of Yukon, Dr Grant Zazula mengatakan analisis DNA yang diawetkan dalam fosil tulang mastodon ini memberikan lebih banyak informasi tentang bagaimana hewan itu hidup dan mati.

"Data studi ini memegang kunci tentang pemahaman kepunahan komunitas hewan purba seperti mastodon yang beradaptasi dengan perubahan di masa lalu, dan memberikan petunjuk tentang bagaimana ekosistem kutub akan merespons skenario pemanasan di masa depan," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com