KOMPAS.com - Sebelumnya, Rusia mengumumkan mulai mengedarkan vaksin corona kepada warganya, meski uji klinis fase tiga belum selesai dilakukan.
Namun, para ilmuwan telah melaporkan bahwa vaksin Sputnik V telah menunjukkan tanda-tanda respons kekebalan pada tes awal.
Melansir BBC, Minggu (6/9/2020), laporan tersebut telah diterbitkan di jurnal The Lancet yang mengungkapkan bahwa setiap peserta yang telah disuntik vaksin ini telah mengembangkan antibodi untuk melawan virus corona penyebab Covid-19.
Seperti diketahui, Rusia telah melisensikan vaksin corona mereka untuk penggunaan lokal pada Agustus lalu, dan menjadi negara pertama yang melakukannya, sebelum data dipublikasikan.
Baca juga: Vaksin Corona Rusia Siap Digunakan, Ilmuwan Ragukan Keamanannya
Kendati demikian, uji coba tersebut dinilai sejumlah ilmuwan masih terlalu kecil untuk membuktikan keefektifan dan keamanan dari vaksin Sputnik V.
Dalam laporan tersebut, uji coba vaksin corona Sputnik V dilakukan antara Juni dan Juli, masing-masing melibatkan 38 sukarelawan sehat satu dosis dan dosis tambahan atau penguat pada tiga minggu kemudian.
Baca juga: Vaksin Corona Butuh Lebih dari 1 Dosis Suntikan, Kenapa?
Usia peserta berkisar antara 18 tahun dan 60 tahun, dipantau selama 42 hari.
Berdasarkan hasil tersebut, vaksinasi ke semua sukarelawan menunjukkan antibodi yang dikembangkan dalam tiga minggu. Adapun efek samping paling umum yang dialami peserta yakni sakit kepala dan nyeri sendi.
Kendati demikian, uji coba itu dilakukan secara open label dan tidak acak, yang artinya tidak ada plasebo dan sukarelawan menyadari bahwa mereka menerima vaksin tersebut.
Sementara itu, dalam makalah tersebut diungkapkan bahwa uji coba fase ketiga, rencananya akan melibatkan 40.000 sukarelawan dari kelompok usia dan risiko kesehatan yang berbeda.
Vaksin Rusia menggunakan jenis adenovirus yang telah disesuaikan untuk memicu respons kekebalan tubuh. Adenovirus adalah virus yang biasanya menyebabkan flu biasa.