Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Crown Shyness Kanopi Hutan yang Unik, Fenomena Apakah Itu?

Kompas.com - 30/08/2020, 17:02 WIB
Dinda Zavira Oktavia ,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Setiap pohon berlomba untuk menumbuhkan cabang baru dan menangkis serangan dari tetangga mereka. Dalam penelitian mereka, semakin banyak mangrove yang bergoyang tertiup angin, semakin lebar jarak kanopi mereka dari pucuk tetangganya. 

Cara tanaman melindungi diri dari hama

Beberapa pohon mungkin mampu menerapkan kehati-hatian ini selangkah lebih maju dengan menggunakan sistem sensorik khusus untuk mendeteksi bahan kimia yang berasal dari tanaman di dekatnya.

“Ada banyak literatur seputar kesadaran tanaman,” kata Marlyse Duguid, ahli kehutanan dan ahli hortikultura di Universitas Yale.

Data tentang komunikasi kimiawi pada tumbuhan berkayu jarang, tetapi jika pohon dapat merasakan satu sama lain, mereka mungkin dapat menghentikan pertumbuhan kanopi sebelum dipaksa untuk bergumul.

Baca juga: Pohon Ini Sangat Beracun, Bahkan Jika Kita Berdiri di Bawahnya saat Hujan

 

Dedaunan yang lebih jarang bisa membantu sinar matahari mencapai lantai hutan, memelihara tanaman dan hewan penghuni tanah yang pada gilirannya mendukung kehidupan arboreal.

Putz berpendapat bahwa celah tersebut dapat membantu pohon menghindari tanaman merambat yang invasif. Biasanya disebut liana yang umumnya tumbuh di hutan tropis dan subtropis di seluruh dunia.

Tujuannya, untuk melindungi tanaman dari mikroba penyebab penyakit dan serangga yang tidak bisa terbang yang melalui celah kanopi sebagai perantara. Sebab, beberapa kuman dan serangga secara teoritis masih bisa meloncat ketika pepohonan tertiup angin.

Fenomenacrown shyness menunjukkan cara alam melindungi diri, namun bagi manusia ini adalah sisi lain yang hadir di hutan-hutan tropis. Di mana pucuk-pucuk pohon saling menghindar dan memberi celah membentuk langit-langit kanopi hutan yang unik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com