Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan Supernova Picu Kepunahan Massal di Bumi 359 Juta Tahun Lalu

Kompas.com - 25/08/2020, 19:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Bumi pernah mengalami peristiwa kepunahan massal sekitar 359 juta tahun lalu, yang terjadi menjelang akhir periode Denovian, yakni sekitar 416 juta hingga 358 juta tahun yang lalu.

Akibat peristiwa tersebut, setidaknya memusnahkan sekitar 70 persen spesies invertebrata termasuk ikan bercangkang yang disebut placoderms.

Meski sudah berlalu lama, ilmuwan masih tertarik untuk mengungkap penyebab kepunahan massal yang dikenal sebagai peristiwa Hangenberg itu.

Baru-baru ini ada petunjuk mengenai kepunahan purba tersebut yang membuat ilmuwan menyimpulkan jika kepunahan dipicu oleh ledakan bintang atau supernova.

Baca juga: Ledakan Supernova ini Bersinar 2 Kali Lebih Terang di Alam Semesta

 

Seperti dikutip dari Live Science, Selasa (25/8/2020) petunjuk itu didapatkan dari fosil spora tumbuhan yang terawetkan. Fosil spora menunjukkan tanda-tanda kerusakan akibat sinar ultraviolet (UV).

Penemuan ini dari penelitian yang diterbitkan secara daring, Selasa (18/8/2020) di jurnal Proceedings of National Academy of Sciences (PNAS) tersebut mengungkap adanya gangguan jangka panjang pada lapisan ozon Bumi yang melindungi planet dari sinar UV yang berbahaya.

Perubahan iklim atau aktivitas vulkanik yang ekstrem sebenarnya juga menjadi penyebab rusaknya lapisan ozon, tetapi catatan geologi di akhir periode Denovian tidak dapat dengan jelas menghubungkannya dengan peristiwa kepunahan massal.

ilustrasi Bumi ilustrasi Bumi

Baca juga: Astronom: Bumi Kena Gelombang Misterius, Mungkinkah Supernova?

 

Para ilmuwan pun memberikan hipotesisnya. Kepunahan massal kemungkinan besar terjadi akibat satu atau bahkan lebih dari ledakan supernova yang berjarak 65 tahun cahaya dari Bumi.

Saat sebuah bintang mati, mereka melepaskan semburan sinar UV, sinar X, dan sinar gamma. Jika supernova cukup dekat dengan Bumi, sinar tersebut dapat merusak lapisan ozon.

Akibatnya, Bumi terpapar sinar UV tanpa difilter. Efeknya baru memudar setelah sekitar satu tahun atau bahkan dalam satu dekade ozon di bumi baru dapat pulih.

Sayangnya, ledakan UV hanya tahap pertama dari kerusakan yang ditimbulkan oleh supernova. Menurut Brian Fields, penulis utama dalam studi ini, ledakan UV juga memicu hujan partikel berenergi tinggi atau sering disebut muon.

Ilustrasi ledakan cahaya supernova paling terang di alam semesta yang dinamai SN2016aps.Aaron Geller / Northwestern University Ilustrasi ledakan cahaya supernova paling terang di alam semesta yang dinamai SN2016aps.

Fields yang merupakan profesor di Departemen Astronomi di University of Illinois Urbana-Champaign mengatakan partikel-partikel ini menghujani bumi dan menembus jauh di bawah tanah, masuk ke lautan dan akan merusak kehidupan.

Kapan Ledakan Bintang Berikutnya?

Meski sudah berhasil mengurai misteri kepunahan massal di masa lalu, ada pertanyaan lain yang mengikuti. Seberapa aman bumi saat ini dengan bintang lainnya?

Tak bisa dipungkiri lagi bumi pun punya tetangga bintang yang nantinya akan mati.

Baca juga: Bumi Kehilangan 28 Triliun Ton Es dalam 23 Tahun, Ini Dampaknya

 

Untungnya ada kabar baik, yakni tidak ada yang perlu dikhawatirkan terkait ledakan bintang yang yang mungkin terjadi dalam waktu dekat.

"Saya senang melaporkan tak ada ancaman dari supernova yang berada dalam jarak aman minimum," jelas Fields.

Dalam beberapa bulan terakhir, perhatian ilmuwan fokus pada peredupan yang tak biasa dari bintang Betelguese. Bintang ini juga berada dalam tahap kehidupan terakhirnya dan diperkirakan akan meledak.

Betelguese memiliki ukuran 1000 kali ukuran matahari, jadi ledakannya pasti spektakuler. Namun jaraknya 642 tahun cahaya dari Bumi sepertinya tak akan membahayakan kehidupan planet ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com