KOMPAS.com- Kaum laki-laki dianggap memiliki kecenderungan untuk lalai terhadap protokol kesehatan di tengah pandemi virus corona yang belum berakhir ini.
Sementara, kaum perempuan dinilai memiliki peran sentra dalam mengubah perilaku adaptasi kebiasaan baru yang sesuai dengan anjuran protokol kesehatan agar dapat memutuskan rantai penularan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Hal ini disampaikan oleh Ahli Psikologi Politik Universitas Indonesia, Prof Hamdi Muluk dalam streaming akun Youtube BNPB bertajuk Benarkah Perempuan Lebih Sukses Mengubah Perilaku?, Senin (24/8/2020).
Hamdi menjelaskan saat ini di tengah pandemi virus corona yang masih terjadi penularannya kampanye perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta segala anjuran protokol kesehatan perlu terus digalakkan.
Baca juga: Covid-19: Kenapa Laki-laki Lebih Jarang Pakai Masker Dibanding Perempuan? Ini Penjelasannya
Akan tetapi, menurut Hamdi, fokus utama yang paling penting dalam kampanye memutuskan penularan Covid-19 tersebut adalah cara komunikasi kampanye untuk kaum laki-laki.
"Justru dibalik sekarang, yang kita perlukan bukanlah kampanye women friendly justru men friendly, karena yang gak patuh (protokol kesehatan) itu kan yang bapak-bapak, yang laki-laki, yang kaum pria begitu," kata Hamdi.
Hamdi berkata, dari beberapa literasi dan kajian yang ada terdapat temuan yang secara konsisten menyebutkan bahwa jumlah yang terinfeksi Covid-19, presentasinya selalu lebih besar kaum laki-laki dibandingkan dengan perempuan, yaitu sekitar 59 persen bahkan lebih dari itu.
Baca juga: Dampak Pandemi Covid-19, Ganggu Akses Perempuan dapat Pembalut
Begitu juga dengan keparahan dan kematian akibat terinfeksi Covid-19, presentasi kasus pada laki-laki lebih banyak dibandingkan kasus pasien Covid-19 perempuan.
Hal ini, menurut dia, adalah persoalan ketidak patuhan atau tidak disiplinnya kaum laki-laki terhadap PHBS dan protokol kesehatan saat berada di ruang-ruang publik, saat bekerja dan di tempat-tempat ramai lainnya.
Pasalnya, tempat ramai dan ruang terbuka memiliki tingkat risiko yang tinggi terhadap potensi transmisi Covid-19 terjadi.