Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Tubuh Manusia: Hidung Perempuan Lebih Sensitif Dibanding Pria

Kompas.com - 05/06/2020, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu gejala terinfeksi virus corona SARS-CoV-2 adalah sulit mencium bau.

Berkaitan dengan indera penciuman kita, tahukah Anda, hidung perempuan lebih sensitif mengidentifikasi aroma dan bau dibanding pria?

Hal ini terbukti berdasar sejumlah tes bau yang dilakukan pada 2014.

Dilansir Science Daily (5/11/2014), perbedaan sensitivitas indera penciuman pada pria dan perempuan mungkin memainkan peran dalam perilaku sosial yang berbeda dan dapat dihubungkan dengan persepsi seseorang tentang penciuman. Hal ini secara alami terkait dengan pengalaman dan emosi yang terkait.

Baca juga: Ahli Temukan Peradangan di Otak Pasien Corona Covid-19, Kok Bisa?

Dengan kata lain, keunggulan perempuan dalam mencium bau berkaitan dengan pengalaman emosional, dibanding persepsi.

Studi sebelumnya yang menyelidiki akar biologis dari sensitivitas penciuman pada perempuan, menggunakan metode pencitraan yang memungkinkan ukuran kasar struktur otak.

Hasil penelitian itu menjadi kontroversi dan meninggalkan pertanyaan yang belum terjawab, apakah perbedaan sensitivitas penciuman memiliki akar biologis atau hanya merupakan hasil dari perbedaan sosial dan kognitif antara perempuan dan laki-laki.

Kemudian, sekelompok peneliti dari Institute of Biomedical Sciences di Universitas Federal Rio de Janeiro dan Institut Nasional Neuroscience Translasional, Kementerian Sains dan Teknologi di Brasil melakukan pengujian Fractator isotropik.

Fractator isotropik merupakan teknik cepat dan andal yang mengukur jumlah absolut sel dalam struktur otak tertentu seperti bohlam penciuman, yakni area otak yang menerima informasi bau yang ditangkap lubang hidung.

Dengan menggunakan teknik ini, tim yang dipimpin oleh Prof. Roberto Lent akhirnya menemukan bukti biologis di antar otak perempuan dan laki-laki yang mungkin menjelaskan perbedaan sensitivitas penciuman.

Kelompok itu memeriksa otak post-mortem dari tujuh pria dan 11 wanita yang semuanya berusia di atas 55 pada saat meninggal.

Post Mortem (PM) merupakan data-data fisik yang diperoleh melalui Personal Identification setelah korban meninggal.

Semua individu sehat secara neurologis dan tidak ada yang bekerja dalam profesi yang membutuhkan kemampuan penciuman yang luar biasa, seperti mencicipi kopi atau koki profesional.

Dengan menghitung jumlah sel dalam umbi olfaktori dari individu-individu ini, tim yang juga termasuk peneliti dari University of São Paulo, University of California, San Francisco, dan Rumah Sakit Albert Einstein di São Paulo menemukan bahwa perempuan memiliki rata-rata 43 persen lebih banyak sel daripada pria dalam struktur otak ini.

Penghitungan secara khusus menunjukkan perempuan memiliki sekitar 50 persen neuron lebih banyak dibanding pria.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com