Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Mata Burung dan Reptil Ternyata Mirip Manusia, Ini Kandungannya

Kompas.com - 16/08/2020, 12:03 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Air mata memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan pengelihatan seluruh spesies.

Namun hingga saat ini, para peneliti hanya mempelajari air mata pada beberapa mamalia, termasuk manusia, anjing, kuda, monyet, dan unta.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap bagaimana air mata bekerja pada spesies lain, peneliti pun melakukan serangkaian studi terhadap burung dan reptil.

Baca juga: Alasan Bayi Baru Lahir Tidak Mengeluarkan Air Mata dan Keringat

Seperti dikutip dari Phys.org, Sabtu (15/8/2020) Arianne P. Oriá, peneliti dari dari Universitas Federal Bahia di Salvador, Brasil bekerja sama dengan dokter hewan dari pusat konservasi, pusat perawatan hewan liar, dan peternak komersial untuk mengumpulkan sampel air mata dari hewan penangkatan yang sehat.

Hewan-hewan yang diteliti antara lain macaw, elang, burung hantu, sejenis burung beo, kura-kura, caiman, dan penyu laut.

Sebagai perbandingan, peneliti juga mengumpulkan air mata dari 10 relawan manusia yang sehat.

Dengan melihat komposisi air mata, peneliti menemukan bahwa semua jenis air mata mengandung jumlah elektrolit atau komponen cairan yang sama seperti yang ditemukan pada manusia.

Selain mengukur komposisi air mata, peneliti juga melihat kristal yang terbentuk saat cairan air mata mengering.

Menariknya kristal yang terbentuk menunjukkan variasi yang lebih banyak.

Misalnya kristal air mata penyu dan caiman sangat unik, mungkin sebagai adaptasi terhadap lingkunga akuatik mereka.

Baca juga: Lama Jadi Misteri, Cara Bergerak Reptil Purba Si Leher Jerapah Terungkap

Peneliti pun berharap studi mengenai air mata ini di masa depan dapat memperluas pemahaman kita mengenai jenis air mata dan juga membantu pengobatan yang lebih baik untuk hewan dan manusia.

"Pengetahuan ini membantu dalam memahami evolusi dan adaptasi spesies serta konservasi mereka," tambah Oriá.

Penelitian telah dipublikasikan di Frontiers in Veterinary Science.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com