Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Katak "Kantong Buah Zakar" Raksasa Terancam Punah, Diburu untuk Obat

Kompas.com - 01/08/2020, 10:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Editor

KOMPAS.com - Katak raksasa terancam punah, setelah ilmuwan mendapati populasinya kian menyusut di habitat aslinya di Danau Titicaca.

Melansir BBC Indonesia, Sabtu (1/8/2020), katak raksasa Danau Titicaca adalah salah satu amfibi yang berada di ambang kepunahan.

Oleh sebab itu, sejumlah ilmuwan dari lima lembaga sains berupaya mencegah kepunahan katak bernama latin Telmatobius culeus ini.

Hewan amfibi ini disebut sebagai spesies katak terbesar di dunia yang hanya hidup di perairan danau tertinggi di dunia, yang berlokasi di pegunungan Andes.

Baca juga: Spesies Katak Baru Endemik Sumatera, Ahli Konsen pada Konservasi Hutannya

Danau Titicaca membentang di perbatasan antara Peru dan Bolivia, dan merupakan danau terbesar kedua di Amerika Selatan.

Populasi katak ini semakin menyusut akibat polusi dan diburu untuk dijadikan bahan baku obat tradisional.

Katak kantong buah zakar atau katak raksasa Danau Titicaca ini terancam punah.WIKIMEDIA COMMONS/Petr Hamerník Katak kantong buah zakar atau katak raksasa Danau Titicaca ini terancam punah.

Baca juga: Seri Hewan Nusantara: Katak Mini Endemik Selatan Sumatera, Suaranya Senyaring Jangkrik

Proyek ini dilakukan dengan meneliti habitat katak raksasa di Danau Titicaca. Ilmuwan juga menggunakan analisa genetika untuk mencari tahu metode terbaik perlindungan spesies tersebut.

Dikenal sebagai katak "kantong buah zakar", sebab amfibi ini memiliki tekstur kulit yang tampak kendur dan berlipat.

Para ilmuwan menduga kulit katak raksasa ini membantunya menyerap lebih banyak oksigen saat berada di dalam air danau, yang berada pada ketinggian 3.800 meter di atas permukaan laut.

Spesies katak raksasa ini tubuhnya bisa mencapai 14,5 cm. Namun, seorang penjelajah Perancis yang terkenal, Jacques Cousteau mengaku pernah mendapai salah satu spesies katak ini dengan panjang hingga 50 cm pada tahun 1970-an.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com