Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Rekaman dari Karang Ungkap Ancaman Bencana Iklim bagi Indonesia

Kompas.com - 30/07/2020, 12:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

photo koleksi SY.Cahyarini Pengambilan contoh karang untuk studi iklim masa lampau dengan menggunakan pneumatic bor tangan tenaga dari tekanan udara

Studi ini menunjukkan pengaruh mode iklim Indo-Pasifik terhadap variabilitas suhu dan salinitas di jalur arus lintas indonesia (Arlindo) sangat kompleks.

Penelitian terbaru yang diterbitkan di Nature tahun 2020, hasil kerjasama tim peneliti LIPI dengan peneliti dari berbagai negara Australia, US, Taiwan, dan China menghasilkan rekonstruksi variabilitas IOD menggunakan arsip iklim karang dari wilayah bagian timur Samudra Hindia (yaitu di pesisir barat Sumatra dan selat Sunda).

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa fenomena seperti IOD positif seperti yang terjadi pada tahun 2019 lalu dulunya jarang terjadi, namun sekarang peristiwa semacam ini menjadi lebih sering terjadi. Dapat dikatakan bahwa pada abad 20 ini, frekuensi dan intensitas IOD/ENSO terjadi peningkatan, dan diperkirakan akan memburuk jika emisi gas rumah kaca terus meningkat.

Penelitian ini juga menekankan bahwa Samudra Hindia dapat ‘menampung’ peristiwa yang bahkan lebih kuat daripada peristiwa iklim ekstrem yang terjadi pada tahun 2019 lalu.

Secara historis, peristiwa kuat seperti tahun 2019 lalu sangat jarang terjadi. Pada periode di tahun 1675, pernah terjadi iklim ekstrem yang 42 persen lebih kuat daripada peristiwa terkuat yang pernah teramati sejauh ini dalam catatan data pengukuran, yaitu peristiwa El Niño 1997.

Tanpa campur tangan manusia saja, iklim ekstrem seperti peristiwa di periode tahun 1675 pernah terjadi; apalagi pada masa sekarang di mana kerusakan lingkungan makin parah akibat ulah manusia, maka kemungkinan bahwa peristiwa ekstrem seperti itu dapat terjadi lagi dengan lebih kuat dan lebih sering.

Hasil rekonstruksi iklim dari tahun 1240 sampai sekarang, hanya merekam 10 peristiwa iklim ekstrem, dan empat di antaranya terjadi pada kurun waktu 60 tahun terakhir ini.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa walaupun peristiwa IOD positif dan El Niño dapat terjadi secara independen, namun peristiwa ekstrem IOD yang terjadi dapat juga meningkatkan variabilitas ENSO di Samudra Pasifik.

Untuk itu, guna meningkatkan pemahaman kita mengenai variasi iklim musiman hingga puluhan tahun decadal-interdecadal dari masa lampau sampai masa sekarang di kawasan maritim Indonesia perlu melihat secara terintegrasi perubahan parameter iklim di sepanjang lautan tropis baik di Samudra Hindia dan Pasifik.

Oleh karena itu, kerjasama yang terintegrasi erat antara peneliti yang bekerja dengan data iklim masa sekarang dengan peneliti yang bekerja dengan data iklim masa lampau sangat diperlukan untuk lebih memahami mekanisme iklim di wilayah Indonesia yang sangat kompleks ini, sehingga membantu kita menjadi lebih siap dalam menghadapi risiko bencana iklim masa depan.

Sri Yudawati Cahyarini

Ahli Peneliti Utama Kelompok Penelitian Iklim dan Lingkungan Masa Lampau

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com