KOMPAS.com – Baru-baru ini sebuah galur (strain) virus baru telah diidentifikasi oleh sejumlah ilmuwan di China. Galur virus disebut berpotensi menjadi pandemi.
Virus itu bernama G4 EA H1N1 (disingkat G4), bisa tumbuh dan berkembang pada sel-sel di dalam saluran pernapasan manusia. Para ilmuwan telah menemukan bukti penularan pada manusia yang bekerja pada industri peternakan babi di China.
Baca juga: Virus Flu Babi Baru G4 Disebut Sudah Menginfeksi 4,4 Persen Populasi China
Pada 2009, sebuah galur flu babi pernah menjadi pandemi. Berikut 6 faktanya mengutip situs WHO, Rabu (1/7/2020):
1. Terjadi pada 2009
Pandemi flu babi terjadi selama 19 bulan, tepatnya dari Januari 2009 sampai Agustus 2010. Ini adalah pandemi global kedua yang disebabkan oleh virus influenza H1N1 setelah Spanish Flu yang terjadi pada 1918-1920.
2. Galur gabungan dari beberapa virus sebelumnya
Pandemi flu babi pada 2009 disebabkan oleh beberapa mutasi galur dan inang. Mulai dari burung, babi, virus flu yang menyerang manusia, serta virus babi Eurasia.
Analisis genetik dari virus tersebut menyebutkan bahwa galur itu tidak sama dengan yang beredar di kalangan manusia sejak 1977.
3. Berawal dari Amerika Utara
Virus tersebut pertama kali mewabah di Amerika Utara pada 2009, kemudian dengan cepat menyebar ke berbagai belahan dunia.
Begitu WHO mengumumkan virus tersebut sebagai pandemi tahun 2009, total 74 negara dan wilayah telah melaporkan kasus infeksi dalam jumlah beragam. Sampai saat ini, hampir semua negara di dunia pernah melaporkan kasus infeksi virus tersebut.
Tidak seperti virus flu lainnya yang biasa menginfeksi manusia saat musim panas di wilayah Bumi bagian barat, virus ini lebih ganas saat musim dingin di wilayah ini.
4. Jumlah kematian diperkirakan sekitar 284.000 orang
Selama 19 bulan pandemi, WHO memperkirakan jumlah kematian yang tercatat dari lab mencapai 18.449 orang. Meskipun, angka kematian aslinya diperkirakan mencapai 284.000 orang (berkisar antara 150.000 – 575.000 kematian).
Sebuah studi yang dilakukan pada September 2010 menyebutkan, risiko kematian yang diakibatkan oleh galur virus pandemi tersebut tidak lebih berbahaya dibanding flu pada umumnya.