KOMPAS.com - Teleskop Hubble milik Badan Antariksa Amerika (Nasa) menunjukkan hasil pencitraan mengagumkan dari fenomena supernova di luar angkasa.
Sebagian besar bintang hidung tenang selama ratusan juta hingga miliaran tahun luar angkasa yang gelap.
Namun, menjelang akhir hidupnya, bintang-bintang ini dapat berubah menjadi pusaran gila, menghisap energi bintang di sekelilingnya hingga menyemburkan gas panas.
Seperti dilaporkan Nasa, yang dilansir dari Nasa.gov, Selasa (23/6/2020), para astronom telah menggunakan jangkauan penuh dari kemampuan pencitraan teleskop Hubble dalam membedah kembang api yang memancar luar biasa di luar angkasa.
Baca juga: Teleskop Hubble Tangkap Penampakan Nebula Misterius
Dua nebula planet yang cukup dekat, berhasil diabadikan Hubble, yakni NGC 6302 yang dijuluki Butterfly Nebula.
Wujudnya yang mirip kupu-kupu tengah mengepakkan sayap, menjadi pemandangan paling holistik dari ledakan bintang.
Selain itu, NGC 7027 yang menyerupai jewel bug atau serangga permata yang memiliki cangkang logam berwarna cerah.
Baca juga: NASA Rayakan Ulang Tahun Ke-30 Hubble dengan Gambar Menakjubkan Ini
Para peneliti telah menemukan tingkat kerumitan yang belum terjadi sebelumnya dan perubahan dalam gelembung gas yang diledakkan bintang-bintang di pusat nebula.
Hubble telah memungkinkan para peneliti untuk bersatu dalam memahami mekanisme dari ledakan bintang yang mengakhiri hidupnya.
"Ketika saya melihat arsip Hubble dan menyadari tidak ada yang mengamati nebula ini dengan Wide Field Camera 3 Hubble di seluruh rentang panjang gelombang penuhnya, saya gagal," kata Joel Kastner dari Institut Teknologi Rochester, Rochester, New York, pemimpin studi ini.
Kastner mengatakan pengamatan teleskop Hubble dengan multi-wavelength ini memberikan pandangan baru paling komperhensif dari kedua nebula spektakuler ini.
Peneliti memeriksa sepasang nebula ini dengan kemampuan pankromatik Hubble yang lengkap, yakni dengan melakukan pengamatan dalam cahaya ultraviolet hingga inframerah dekat.
Secara khusus, gambar Hubble baru mengungkapkan dengan jelas bagaimana kedua nebula memisahkan diri pada rentang waktu yang sangat singkat. Ini memungkinkan para astronom melihat perubahan selama beberapa dekade terakhir.
Beberapa perubahan cepat ini mungkin merupakan bukti tidak langsung dari satu bintang yang bergabung dengan bintang pendampingnya.
"Nebula NGC 7027 menunjukkan emisi pada sejumlah besar panjang gelombang yang berbeda, masing-masing tidak hanya menyoroti unsur kimia tertentu dalam nebula, tetapi juga perubahan signifikan yang sedang berlangsung dalam strukturnya," kata Kastner.
Baca juga: Inilah Icarus, Bintang Terjauh yang Berhasil Ditangkap Teleskop Hubble
Tim peneliti juga mengamati Nebula Kupu-kupu, yang merupakan padanan dengan nebula "serangga permata".
Keduanya dikenal sebagai nebula planet paling berdebu dan juga mengandung massa gas yang luar biasa besar, karena mereka baru terbentuk.
Peneliti menilai hal itu membuat kedua pasangan nebula bintang ini sangat menarik untuk dipelajari secara paralel.
Kendati demikian, peneliti menduga kedua nebula ini adalah dua bintang yang saling berputar. Bukti dari duo dinamis ini berasal dari bentuk aneh nebula tersebut.
Sebab, masing-masing sangat berdebu dan lobus atau aliran keluar kutub, serta pola simetris yang lebih kompleks.
Baca juga: Teleskop Hubble Rekam Aurora Saturnus dari Dekat, Seperti Apa?
Anggota tim peneliti, Bruce Balick dari University of Washington di Seattle mengatakan bintang-bintang yang diduga sebagai pengiring di NGC 6302 dan NGC 7027 belum terdeteksi secara langsung.
"Karena (mungkin) mereka bersebelahan, atau mungkin telah ditelan oleh bintang-bintang raksasa merah yang lebih besar, sejenis bintang yang ratusan hingga ribuan kali lebih terang daripada matahari," kata Balick.
Balick mengungkapkan hipotesis dari penggabungan bintang tampaknya merupakan penjelasan terbaik dan paling sederhana untuk fitur yang terlihat di nebula planet yang paling aktif dan simetris. I
"Ini (nebula bintang) adalah konsep pemersatu yang kuat, sejauh ini tanpa saingan," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.