Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditemukan Racun Mematikan pada Ubur-Ubur Raksasa Nomura

Kompas.com - 21/06/2020, 20:02 WIB
Yohana Artha Uly,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nemopilema nomurai adalah jenis ubur-ubur raksasa yang lebih dikenal dengan sebutan Nomura. Ubur-ubur ini memiliki diameter 2 meter dan berat 200 kilogram.

Tak hanya memiliki ukuran raksasa, ubur-ubur Nomura juga punya racun mematikan yang dikeluarkan melalui tentakelnya yang panjang.

Ubur-ubur raksasa ini hanya ditemukan di lepas pantai Asia Timur yakni China, Korea, dan Jepang, dan telah menyengat ratusan ribu perenang tiap tahunnya.

Ketika sengatan terjadi, racun ubur-ubur Nomura langsung memberikan rasa sakit yang parah, diikuti oleh kemerahan dan pembengkakan.

Dalam beberapa kasus meski sangat jarang, sengatan tersebut dapat menyebabkan syok, cedera parah, bahkan kematian.

Memang belum diketahui apa yang membuat racun makhluk ini begitu berbahaya dan  mematikan bagi sebagian orang. Meski demikian, penelitian terkini membuat semakin dekat untuk mengetahui komponen yang benar-benar mematikan pada racun.

Baca juga: Lebih Kuat dari Opioid, Racun Laba-laba Bisa Jadi Obat Penghilang Rasa Sakit

Dalam sebuah studi yang telah dipublikasikan dalam Journal of Proteome Research, para peneliti menganalisis racun luar biasa ini melalui teknik sekuensing genom, transkriptomik, dan proteomik.

Hasilnya, peneliti menemukan campuran yang sangat kompleks yakni lebih dari 200 racun dalam sengatan tersebut. Masing-masing racun dapat menargetkan organ tertentu atau merusak sistem tubuh.

"Kami telah mencoba memurnikan racun mematikan dari ubur-ubur Nomura, tapi ternyata sangat sulit untuk memisahkan antar protein dalam racun secara individual," tulis para peneliti, seperti dilansir dari Science Alert, Minggu (21/6/2020). 

Dengan kata lain racun ini sangat kompleks. Sulit untuk menghilangkan semua faktor individual yang terlibat di dalamnya, setidaknya dengan penelitian yang dilakukan saat ini.

Dalam studi tersebut, tim peneliti juga memotong dan membekukan tentakel yang didapat langsung dari ubur-ubur hidup.

Kemudian dilakukan pemisahan campuran dengan teknik disentrifugasi, untuk mengumpulkan nematocysts, sel khusus dalam ubur-ubur yang berisi gulungan racun.

Baca juga: Waspada, Racun Berbahaya dari Sampah Elektronik Mengintai Anda

Setelah dengan hati-hati mengekstraksi protein racun dan memisahkannya menjadi kelompok yang berbeda, para peneliti menyuntikkan masing-masing protein pada tikus untuk melihat mana yang mematikan.

Hasilnya, terdapat 13 protein racun yang berpotensi berakibat fatal. Beberapa menargetkan membran sel, ada yang menargetkan saluran kalium, serta lainnya memiliki dampak penggumpalan darah.

Pada skala yang lebih besar, konsekuensinya termasuk kongesti vaskular pada jantung, degenerasi vaskular, kematian sel pada hati, perubahan pada ginjal, dan radang paru.

Analisis post mortem pada tikus, para peneliti menemukan infeksi paru-paru dan edema adalah penyebab kematian yang paling memungkinkan. Ini selaras dengan kasus laporan kematian pada manusia yang tersengat ubur-ubur Nomura.

Namun, para peneliti mengakui sulit untuk menjelaskan dengan pasti bagaimana sistem kerja masing-masing racun ini hingga benar-benar membunuh tikus. Diduga racun bisa bekerja dengan bersamaan.

Tentunya memahami racun pada ubur-ubur Nomura adalah hal penting untuk keperluan mengembangkan penangkal dari sengatannya di masa mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com