Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Dampak Cuaca Ekstrem, BMKG Gelar Sekolah Online untuk Petani

Kompas.com - 07/06/2020, 19:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Sekolah Lapang Iklim atau SLI secara virtual di Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Temanggung, Jawa Tengah, mulai 26 Maret - 6 Juni 2020.

Hadir dalam acara tersebut secara virtual melalui sambungan video conference Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, serta Inisiator dan Pembina SLI di daerah tersebut Sudjadi yang juga merupakan anggota Komisi V DPR RI.

Di lokasi tanam secara langsung hadir Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq, Kepala BMKG Pusat Dwikorita Karnawati dan Koordinator BMKG Jawa Tengah Tuban Wiyoso, serta Perwakilan dari Petani, Perwakilan dari Pamong Desa dan Perwakilan dari Tokoh Masyarakat setempat.

Baca juga: Waspada Sesar Aktif Gempa Bumi di Aceh, Begini Analisis BMKG

Kegiatan tersebut digelar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, sebagai langkah antisipatif dalam menghadapi cuaca dan iklim ekstrem di tengah pandemi COVID-19, yang mengancam kualitas dan kuantitas produksi pertanian.

“Petani dan penyuluh pertanian perlu dibekali pemahaman melalui sosialisasi secara massif dan menerus tentang cuaca dan iklim. Dengan adanya pemahaman tersebut, selain produksi yang dihasilkan dapat terjaga, dan bahkan dapat semakin meningkat, informasi dari BMKG dapat dimanfaatkan secara maksimal guna mendukung ketahanan sektor pertanian dan kedaulatan petani, terutama dalam masa New Normal saat ini”, ungkap Dwikorita.

Selanjutnya Dwikorita memaparkan, info prakiraan dan prediksi cuaca ataupun iklim tersebut disampaikan secara digital melalui Aplikasi Mobile Phone INFO BMKG, yang didukung dengan kehadiran Forum Konsultasi Petani SLI - BMKG melalui WA GRUP.

Warga baduy saat mengeringkan dan memilah hasil panen padi di Desa Kanekes, Kecamatan Baduy, Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (28/4/2020). Tidak hanya menutup aktivitas wisata, Pemerintah Desa Kanekes juga melarang warga Baduy untuk bepergian ke kota besar seperti Jakarta, untuk menghindari virus corona.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Warga baduy saat mengeringkan dan memilah hasil panen padi di Desa Kanekes, Kecamatan Baduy, Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (28/4/2020). Tidak hanya menutup aktivitas wisata, Pemerintah Desa Kanekes juga melarang warga Baduy untuk bepergian ke kota besar seperti Jakarta, untuk menghindari virus corona.

Dwikorita juga menambahkan, penyampaian materi dan konsultasi dilakukan secara virtual dengan bahasa sederhana agar mudah dimengerti oleh Petani dan Penyuluh Pertanian. Metode konsultasi jarak jauh ini dilaksanakan sebagai langkah pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19, tanpa menghilangkan substansi pokok dalam Sekolah Lapang Iklim tersebut.

Jika dulu, kata Dwikorita, petani secara tradisional bisa berpatokan pada hari dan bulan atau yang dikenal dengan kearifan lokal Pranoto Mongso, maka sekarang perlu berpatokan dengan data dan informasi.

Yaitu kondisi dan prediksi selama 7 hari ke depan terkait curah hujan, suhu dan kelembapan udara, arah dan kecepatan angin untuk tiap wilayah kecamatan, serta perkembangan dinamika musim yang dimonitor setiap 10 hari.

Baca juga: Pakai Bioslurry, Panen Cabai Petani Ini Melimpah

Lebih lanjut, Sekretaris Desa Legoksari mengungkapkan bahwa penanaman bawang merah, yang merupakan fokus utama kegiatan SLI saat itu di daerah tersebut, sempat terganggu hujan ekstrem pada bulan Mei lalu.

Namun, dengan adanya Forum Komunikasi SLI yang beranggotakan para Penyuluh Pertanian dan Petani dapat memperoleh informasi secara dini berupa prakiraan/prediksi ataupun Peringatan Dini Hujan Ekstrem dari Perwakilan BMKG Jawa Tengah. Sehingga dapat diantisipasi dan dilakukan adaptasi yang tepat, untuk menghindari kerusakan tanaman dan kegagalan panen.

"Tidak ada yang bisa mencegah terjadinya cuaca ekstrem, tetapi dengan kesigapan beradaptasi, risiko bisa diminimalisir sekecil mungkin," katanya.

Baca juga: BMKG: Potensi Cuaca Ekstrem 3 Hari Mendatang, Ini Daftar Wilayahnya

Sekretaris Desa Legoksari juga menyampaikan bahwa dalam situasi pandemi Covid-19, komoditas bawang merah yang ditanam para petani tetap dapat dipanen dengan produksi mencapai 6 - 8 ton per hektar, meskipun sempat terlanda hujan ekstrem.

Hasil tersebut tentunya sangat menggembirakan dan menguntungkan petani, terlebih saat ini harga bawang merah sedang tinggi, dapat mencapai Rp 40.000 per kilogram di pasar.

"Waktu tanam terbilang masih tepat, meskipun agak terlambat karena adanya wabah Covid-19. Alhamdulillah, keterbatasan yang dihadapi Petani selama wabah tersebut dapat teratasi dengan baik, berkat tersedianya informasi dan prediksi cuaca secara dini," imbuh Sekretaris Desa Legoksari.

Ilustrasi cabai merahDEAN PAHREVI/KOMPAS.com Ilustrasi cabai merah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com