KOMPAS.com – Saat kerja dari rumah, banyak pekerja yang tak lepas dari pertemuan atau rapat daring (online meeting). Banyak platform yang menjadi wadah untuk pertemuan ini antara lain Google Hangouts, Skype, Facetime, atau yang paling masif saat ini yaitu Zoom.
Kemudian muncullah istilah slang yaitu Zoom fatigue, meliputi rasa lelah dan gelisah yang muncul akibat terlalu sering melakukan pertemuan daring. Meski dinamakan Zoom fatigue, gejala ini berlaku untuk semua platform pertemuan online.
Situs National Geographic pada 24 April 2020 menuliskan bahwa pandemi Covid-19 telah membuktikan apa yang selama ini diprediksikan: interaksi virtual bisa jadi sangat melelahkan bagi otak.
“Banyak penelitian yang menunjukkan manusia bersusah payah melakukan interaksi seperti ini,” tutur Andrew Franklin, asisten profesor jurusan cyberpsychology di Norfolk State University, Virginia.
Baca juga: Merasa Lelah saat Kerja dari Rumah? Ini Sebabnya
Tak hanya di luar negeri, banyak warga Indonesia yang mengalami gejala Zoom fatigue. Hal itu diungkapkan oleh Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd selaku Center Director MS School & Wellbeing Center.
“Tanda-tandanya bisa dilihat ketika kita tidak bersemangat lagi, malas, badan pegal-pegal, hingga berujung perubahan perilaku. Kita menjadi lebih cepat marah,” tutur Rosdiana kepada Kompas.com, Rabu (27/5/2020).
Rosdiana menjelaskan Zoom fatigue adalah perasaan lelah, gelisah, atau cemas dalam menghadapi kegiatan video conferencing. Hal ini tidak terbatas pada Zoom, tapi untuk semua aplikasi.
“Zoom fatigue bukan gangguan psikologi. Tapi kalau berkepanjangan, dapat mengganggu produktivitas dan kesehatan mental,” tuturnya.
Rosdiana menyebutkan meski memiliki output yang sama yaitu stress, Zoom fatigue memiliki perbedaan mendasar dengan cabin fever.
“Cabin fever disebabkan oleh kita terlalu lama terkurung (di rumah), sementara Zoom fatigue karena terlalu banyak pertemuan online. Output-nya sama, yaitu stress,” papar ia.
Beberapa gejala Zoom fatigue antara lain:
- Fokus berkurang
- Kemampuan mengolah info melambat
- Motivasi menurun
- Cepat lelah, otot terasa pegal
- Mudah tersinggung
- Sulit membuat keputusan
- Koordinasi tangan dan mata menurun
- Reflek/ respon melambat.
Zoom fatigue disebabkan oleh beberapa hal. Pertama adalah kita semakin teringat pada situasi yang tidak normal.
“Ketika online meeting terus-terusan diingatkan bahwa kondisi kita sekarang tidak normal. Ada yang nyeletuk ‘biasanya meeting ada gorengan nih!’ misal begitu,” tutur Rosdiana.
Penyebab kedua adalah lelah memandang komputer, terutama apabila sinar dari lawan bicara terlalu redup atau terlalu terang. Penyebab ketiga adalah sulitnya membaca body language terutama bila rapat dengan banyak orang.
Baca juga: Stres Selama Pandemi Covid-19, Harus Bagaimana?
“Kemudian penyebab lainnya, kita dihadapkan dengan tantangan teknologi. Kita khawatir akan kemampuan kita terhadap teknologi dan kesiapan teknologi kita,” paparnya.
Penyebab lainnya adalah kekhawatiran akan penampilan diri. Penelitian di Jerman menemukan bahwa bila kita tidak bereaksi selama 1,2 detik saja, kita dianggap tidak bersahabat.
“Kita tidak bisa tidak memikirkan background, penampilan, pencahayaan. Effort-nya menjadi dua kali lebih besar, ini membuat kita lebih capek,” tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.