Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

129 Tahun Hilang, Kadal Ini Ditemukan di Danau Toba

Kompas.com - 27/05/2020, 09:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Setelah sempat dianggap punah, salah satu kadal terlangka di dunia ditemukan lagi di Sumatera Utara oleh sekelompok peneliti.

Ini adalah kadal yang dideskripsikan para ilmuwan dengan nama "kadal berhidung tanduk (nose-horned lizard)" atau Harpesaurus modiglianii Vinciguerra.

Menurut catatan modern, spesimen tunggal kadal berhidung aneh ini ditemukan pertama kali di Sumatera Utara pada 1891, lalu dideskripsikan oleh ilmuwan pada 1933.

Setelah itu, selama puluhan tahun dalam dunia sains, H. modigliani tak pernah muncul atau ditemukan. Tak heran, para ahli beranggapan kadal ini sudah punah.

Baca juga: Seri Hewan Nusantara: 4 Spesies Baru Kumbang Epholcis dari Maluku

Namun pada 2018 lalu, sekelompok peneliti gabungan Indonesia dan Internasional melakukan penelusuran ke Danau Toba dan sekitar kaldera. Di sanalah mereka menemukan kadal H. modiglianii.

Dengan kata lain, itu adalah kali kedua H. modiglianii ditemukan oleh peneliti, Bahkan, mereka berhasil menyusun deskripsi spesies ini dengan lebih detail.

Tim peneliti gabungan terdiri dari A.A Thasun Amarasinghe (pakar taksonomi herpert dari Research Center for Climate Change Universitas Indonesia/RCCC UI), Chairunas A. Putra (ornhitologi dan herpetologi), Desy Hikmatullah, Stefano Scali, JanJaap Brinkman, Ulrich Manthey, dan Ivan Ineich.

Menurut Thasun, kadal tersebut pertama kali dilihat oleh koleganya, Chairunas.

Kadal ini termasuk dalam genus Harpesaurus, yang mana hidup endemik di Indonesia dan di dalam hutan.

"Semua kadal Harpesaurus adalah kelompok kadal pohon," kata Thasun kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (26/5/2020).

Harpesaurus terdiri dari enam spesies. Selain H. modiglianii Vinciguerra dari Sumatera, ada H. beccarii Doria, H. brooksi, H. ensicauda Werner dari Pulau Nias, H. tricinstus dari Pulau Jawa, dan H. borneensis dari Kalimantan.

Berbeda dengan kelima kerabatnya, H. modiglianii memiliki ciri khas yang menonjol, yakni hidungnya runcing dan tipis menyerupai tanduk.

Habitat

Habitat kadal H. modiglianii di sekitar Danau Toba pada ketinggian 1.675 meter di atas permukaan laut. Gambar A menunjukkan lokasi penemuan kadal H. modiglianii. Gambar B menunjukkan penggundulan hutan di sekitar habitat yang dikhawatirkan dapat mengancam H. modiglianii.Thasun Amarasinghe dkk/Jurnal Taprobanica Habitat kadal H. modiglianii di sekitar Danau Toba pada ketinggian 1.675 meter di atas permukaan laut. Gambar A menunjukkan lokasi penemuan kadal H. modiglianii. Gambar B menunjukkan penggundulan hutan di sekitar habitat yang dikhawatirkan dapat mengancam H. modiglianii.

Thasun bercerita, catatan pertama tentang H. modiglianii menyebutkan bahwa kadal itu ditemukan di Sumatera Utara. Namun tidak jelas di sebelah mana lokasi penemuannya.

"Disebutkan, (H. modiglianii) ditemukan di Sumatera Utara (tahun 1891). Tapi dulu kan lokasinya tidak jelas seperti sekarang. Mungkin sekitar Danau Toba," kata dia.

Ketika menelusuri hutan sekitar Danau Toba dua tahun lalu, Thasun dan tim menemukan H. modiglianii sedang tidur di cabang pohon yang rendah. Ketinggian tanahnya 1.675 meter di atas permukaan laut. Kadal ini berjenis kelamin jantan.

Sayangnya, habitat kadal langka ini sudah terancam rusak.

"Saat kami temukan, di sekitar habitat H. modiglianii banyak pohon-pohon yang ditebangi," ungkapnya.

Thasun berharap, pemerintah setempat dapat memberikan proteksi untuk habitat H. modiglianii. Tujuannya tak lain supaya kadal berhidung tanduk tetap dapat terlindungi dan tidak punah.

Metode penelitian

Dalam laporan yang terbit di jurnal Taprobanica edisi 21 Mei 2020, dijelaskan bahwa tim memeriksa spesimen H. modiglianii di empat negara.

Pertama, Muséum national d'histoire naturelle (Reptil & Amfibi) di Paris, Prancis (MNHN-RA). Kedua, Museo Civico di Storia Naturale di Genova, Italia (MSNG). Ketiga, Zoologisches Forschungsmuseum Alexander Koenig di Bonn, Jerman (ZFMK). Keempat, Museum Zoologi, Pusat Penelitian untuk Perubahan Iklim, Universitas Indonesia (UIMZ).

"Kami menggunakan mikroskop Leicawild M3Z dan ZEISS DCR untuk memeriksa morfologi eksternal spesimen dan kamera digital Canon EOS 7D SLR untuk mengambil foto," tulis Thasun dan timnya di laporan penelitian.

Ciri-ciri

Dipaparkan pula dalam laporan tersebut, H. modiglianii memiliki sejumlah ciri-ciri pembeda.

Pangkal ekornya gembung, sisiknya pada area post cloacal kecil, runcing, dan halus, sementara sisik ventral pada ekor memiliki bentuk yang membesar dan warna yang sangat pudar.

"Sisik dorsal pada ekor sedikit lunak, tumpang tindih, mengarah lurus ke belakang, lekukan membentuk punggung paralel," tulis tim.

H. modiglianii yang ditemukan Thasun dan timnya berwarna hijau. Namun, "duri" di punggung berwarna kekuningan.

H. modiglianii jantanHerpitolog Chairunas A. Putra H. modiglianii jantan

Selain itu, ada juga bercak cokelat kemerahan di bawah mata, bawah tympanum, bahu, dan lengan atas.

Thasun mengungkap ada perbedaan ciri antara H. modiglianii jantan dan betina.

Hanya kadal jantan yang punya tanduk di hidung, sementara spesies betinanya tidak.

Menurut Thasun, kadal ini pelan-pelan kalau berjalan.

Selain itu, kadal ini juga punya kemampuan serupa seperti beberapa kerabatnya, yaitu mengubah warna tubuh.

Dalam beberapa menit H. modiglianii bisa berubah warna dari hijau ke merah kecokelatan.

"Kalau dia kaget, dia berubah warnanya," ungkapnya.

Baca juga: Seri Hewan Nusantara: Katak Renda Piasak dari Kalimantan, Bisa Menyamar

Riset lebih lanjut

Kadal H. modiglianii dapat mengubah warna dari hijau menjadi cokelat kemerahan dalam hitungan menit. Mereka mengubah warna kulit saat kaget.Herpitolog Chairunas A. Putra Kadal H. modiglianii dapat mengubah warna dari hijau menjadi cokelat kemerahan dalam hitungan menit. Mereka mengubah warna kulit saat kaget.

Ketika Thasun dan tim melakukan eksplorasi, mereka hanya menemukan dua individu H. modiglianii.

Individu pertama yang ditemukan mati. Beberapa hari kemudian, individu kedua ditemukan sedang tidur.

Namun untuk saat ini, mereka belum tahu berapa jumlah populasi H. modiglianii. Thasun mengatakan, butuh survei dan eksplorasi lanjutan untuk mengetahui berapa banyak kadal H. modiglianii di area tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com