KOMPAS.com - Di tengah pandemi Covid-19, vaksin menjadi hal yang dinantikan oleh masyarakat seluruh dunia.
Banyak peneliti dan perusahaan yang berusaha membuat dan mengembangkan vaksin untuk Covid-19. Hingga saat ini, Millen Institute mencatat ada sekitar 133 vaksin yang umumnya berada di fase 1 dan 2 pengembangan vaksin.
Pakar sains dari AIM Biologicals Groups, Dr Fadhil Ahsan menyebutkan dari total 133 calon vaksin hanya ada delapan perusahaan bioteknologi utama yang melewati fase 1 dan 2, serta dianggap paling memungkinkan perkembangannya sebagai vaksin untuk Covid-19.
Baca juga: Sembari Menunggu Vaksin, Ini 6 Rekomendasi LIPI Beradaptasi dalam Pandemi Covid-19
Namun, Fadhil juga mengingatkan bahwa setiap perusahaan bioteknologi menggunakan jalur atau kategori masing-masing dalam membuat vaksin.
Berikut delapan perusahaan bioteknologi terdepan yang sudah melewati fasi 1 dan 2, disertai kategori atau jalur pengembangan vaksinnya.
Fadhil menyebutkan bahwa vaksin kategori ini merupakan yang paling konvensional dan metodenya sudah lama. Sangat umum, saintis untuk membuat vaksin cepat dengan cara melakukan inaktivasi atau mematikan virus tersebut.
"Virus itu dimatikan, bisa dengan formalin atau betaprobiolakton," kata Fadhil dalam diskusi daring bertajuk "Riset dalam Menemukan Vaksin dan Obat Anti Covid-19", Jumat (15/5/2020).
Hasil yang sudah dipublikasikan di jurnal sains terkait vaksin kategori ini untuk Covid-19 adalah SinoVac.
Baca juga: Vaksin Corona Bisa Dibuat Lebih Cepat dari Normal, Kok Bisa?
SinoVac ini menginduksi sistem imun atau kekebalan tubuh yang seimbang, seperti limfosit T dan limfosit B. Selain antibodi yang menetralisir virus spesifik terhadap spike, vaksin ini disebut mempunyai sistem memori limfosit B yang baik.
SinoVac menjadi salah satu yang terdepan untuk jalur atau kategori vaksin inaktivasi virus.
Kategori atau jalur pembuatan vaksin mRNA merupakan platform baru. Metodenya adalah menggunakan asam nukleat yang membentuk spike dan disuntikkan ke dalam tubuh pasien.
Dalam biologi, diakui Fadhil, mRNA tidak begitu stabil. Untuk menstabilkan mRNA ini biasanya dilapisi ke dalam lipit nano partikel.
Baca juga: Pengembangan Vaksin Corona di Indonesia: Ini Teknologi yang Digunakan Eijkman
Beberapa perusahaan bioteknologi yang mengembangkan mRNA antara lain Moderna, Arcturus, BioNTect dan CureVac.
"Saat ini yang terdepan pengembangan vaksin melalui jalur mRNA ini adalah Moderna," kata dia.
Perusahaan bioteknologi Moderna menjadi yang terdepan, karena pengembangannya sangat didorong oleh pemerintah Amerika Serikat. Anthony Fauci selaku pakar juga terlibat dalam produksinya.
Oxford dan Cansino mengembangkan vaksin dengan jalur vektor adenovirus. Dalam prosesnya, peneliti memakai antigen spike dari virus SARS-CoV-2 yang dimasukkan ke dalam vektor adenovirus.
Dikatakan Fadhil, perusahaan bioteknologi Inovio mengatakan produksi vaksin Covid-19 yang sedang mereka kembangkan akan memasuki fase 3 pada penghujung tahun 2020 ini.
"Dari delapan biotech ini, baru Moderna dan Inovio yang memang sangat ambisius atau sangat cepat targetnya," ujar dia.
Baca juga: Alasan Kenapa Virus Corona Tak Akan Hilang Meski Ada Vaksin
Sejauh ini, kata dia, belum ada vaksin dari virus yang dilemahkan masuk ke uji klinis.
Selain BioNTech dan CureVac di Jerman, DZIF juga mengembangkan vaksin yang dilemahkan (attenuated) dan vektor MVA-S. Namun, masih berada dalam tahap praklinis.
Untuk diketahui, vaksin dari virus yang dilemahkan (attenuated) ini berbeda dengan vaksin dari virus yang dimatikan (inactivated).
Salah satu alasan yang membuat pengembangan beberapa vaksin ini menjadi cepat adalah mereka bekerjasama dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.