Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Tahap Psikologis yang Anda Lalui selama Pandemi Covid-19

Kompas.com - 15/05/2020, 10:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi global Covid-19 tak lepas dari permasalahan psikologis. Isolasi mandiri, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan physical distancing berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap tingkat stress individu.

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS Pondok Indah Bintaro, dr Leonardi Goenawan SpKJ mengatakan bahwa kondisi psikologis masing-masing individu akan sangat bergantung pada beberapa situasi yang diperjuangkan.

Antara lain ketahanan terhadap stres, latar belakang kesehatan mental, dan dampak disrupsi pandemi Covid-19 terhadap sosial ekonomi dan support system yang tersedia.

Baca juga: Stres Selama Pandemi Covid-19, Harus Bagaimana?

Secara umum, Leo menyebutkan Anda akan mengalami tiga tahap atau strata kondisi perilaku selama pandemi Covid-19. Yaitu tahap disrupsi, tahapa kebingungan dan ketidakpastian, dan tahap penerimaan.

Berikut penjelasan lebih rinci mengenai tiga tahapan psikologis yang berpotensi dialami setiap individu selama pandemi Covid-19.

1. Tahap disrupsi

Hampir setiap orang akan mengalami perubahan pola hidup, perubahan rutinitas sehari-hari, hilangnya kebebasan karena harus hidup dalam karantina atau di rumah saja, dan tidak bepergian.

Tidak hanya itu, kata Leo, berbagai informasi yang beredar terkait pandemi ini juga membuat hidup semakin mencekam.

Baca juga: Stres akibat Wabah Corona? Coba Lakukan Telekonseling Gratis

"Tidak sedikit yang mengalami kecemasan tinggi karena khawatir tertular, sulit konsentrasi, yang kemudian diikuti oleh perubahan pola makan dan pola tidur," ujar dia.

Keadaan ini akan membuat penyakit kronis yang sudah lama dialami, akan mulai kembali tidak stabil. Termasuk gangguan-gangguan psikis yang sebelumnya pernah dialami.

2. Tahap kebingungan dan ketidakpastian

Pada tahap kedua ini, Anda akan merasa kelelahan secara mental karena merasa tidak adanya kepastian kapan pandemi berakhir.

Selain itu, Anda juga bisa merasa kehilangan kendali atas diri sendiri. Bahkan tidak sedikit warga yang saat merasakan tahap kedua ini bertepatan dengan kondisi terhentinya sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

"Kualitas hidup dengan sendirinya menurun, berbagai hal yang biasa dengan mudah terpenuhi, saat ini menjadi mustahil," kata dia.

Baca juga: Pandemi Corona Banyak di Rumah Bisa Picu Cabin Fever, Apa Itu? Ini Penjelasannya

Beberapa indikasi juga bisa menyebabkan kualitas hidup menurun dalam tahap ini. Antara lain daya beli yang menurun drastis, ketersediaan barang menjadi langka, semua rencana sulit tergapai sesuai target.

Ini akan membuat kehidupan terasa berjalan lambat, penuh kejenuhan, dan kekhawatiran.

Jika kondisi ini terus terjadi dalam jangka waktu panjang dan tidak bisa dikelola sendiri, seseorang bisa saja meningkatkan konsumsi rokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat yang mungkin pada awlanya dimaksudkan untuk meringankan beban pikiran

3. Tahap penerimaan

Tahap penerimaan berkaitan dengan standar normal yang baru. Ketika Anda telah berhasil melampaui tahap sebelumnya, kata Leo, akhirnya akan timbul sikap penerimaan tanpa syarat terhadap kondisi yang ada. Tahap ini diikuti oleh berbagai perubahan dalam pola hidup dan kebiasaan.

Hal ini terjadi karena kemampuan beradaptasi seseorang yang membuat mampu untuk mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baru.

Baca juga: Ahli: Jangan Longgarkan PSBB, Jangan Mimpi Pandemi Berakhir Juni

Selain itu, juga akan timbul kemampuan memandang kehidupan dengan cara yang lebih realistis terhadap situasi sebelumnya dianggap sebagai disrupsi pada semua aspek kehidupannya.

Penting untuk menyiapkan stok makanan dan minuman agar nyaman selama menjalani work from home WFHDok. Shutterstock Penting untuk menyiapkan stok makanan dan minuman agar nyaman selama menjalani work from home WFH

Berikut beberapa perubahan yang mulai dilakukan pada Anda yang telah mencapai tahap ini.

- Mulai terbentuk gaya hidup stay at home dengan menurunnya mobilitas atau kegiatan bepergian, sering belanja online, lebih selektif dalam belanja atau tepatnya memilah kebutuhan atau keinginan, pemilihan makanan yang lebih praktis, dan lain sebagainya.

- Back to basic dengan contoh lebih banyak aktivitas yang dilakukan di rumah, munculnya kembali bahan-bahan tradisional untuk menjaga kesehatan dan lain-lain.

- Optimalisasi virtual dikarenakan harus work from home, lahir pula generasi zoom, telemedicine, dan ragam aplikasi virtual lainnya.

- Timbulnya kebersamaan dan rasa senasib sepenanggungan.

Baca juga: Merasa Lelah saat Kerja dari Rumah? Ini Sebabnya

Dengan berbagai kondisi psikologis yang bisa saja muncul pada setiap individu termasuk Anda, pada masa pandemi Covid-19, kesehatan jiwa menjadi hal yang paling penting diperhatikan.

"Apabila tidak (memperhatikan kondisi kesehatan jiwa), dapat berdampak pada memburuknya relasi dengan sesama dan kesehatan fisik Anda juga," kata dia.

Jika Anda tidak bisa mengatasi persoalan psikologis sendiri dan memerlukan pertolongan dari tenaga profesional, Leo mengimbau untuk tidak ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikolog.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com