Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Evolusi Jenggot, Selamatkan Pria dari Efek Perkelahian

Kompas.com - 14/05/2020, 20:03 WIB
Monika Novena,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di beberapa budaya dunia, jenggot pria diasosiasikan sebagai lambang dominasi sosial dan kejantanan.

Namun sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal Integrative Organismal Biology menyebut kalau fungsi jenggot lebih dari itu.

Seperti dilansir dari Live Science, Rabu (14/5/2020) ilmuwan menyebut jika jenggot pada manusia telah berevolusi untuk meminimalisir dampak pukulan yang diarahkan ke rahang, tulang wajah yang paling sering patah selama pertempuran.

Baca juga: Ini Penyebab Mengapa Pria Lebih Rentan Terpapar Covid-19

Ini hampir sama dengan yang terjadi pada singa. Surai singa juga berfungsi untuk melindungi tenggorakan dari cakar serta gigi saingannya.

Teori ini sebenarnya sempat disangkal oleh Charles Darwin. Ia mengungkapkan jika rambut wajah tak ubahnya ornamen untuk menarik perhatian wanita.

Untuk menguji gagasan tersebut, ilmuwan membuat model yang mendekati struktur tulang pada tengkorak manusia. Struktur tulang bikinan selanjutnya dipotong dan dibungkus dengan bulu domba.

Bulu domba dipilih sebagai pengganti jenggot karena volume folikel mendekati jenggot.

Selanjutnya, peneliti melakukan uji pemukulan pada tulang berbungkus bulu domba. Hasilnya, tulang berbungkus bulu domba mampu menyerap 30 persen lebih banyak energi dan hanya sedikit bagian tulang yang mengalami kerusakan.

Baca juga: Senang Pelihara Jenggot? Ini Untung dan Ruginya Menurut Sains

"Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenggot memang secara signifikan mengurangi dampak dari serangan dan menyerap energi. Maka memiliki jenggot penuh pada wajah dapat membantu melindungi daerah rentan seperti rahang dari serangan merusak," tulis peneliti dalam makalah mereka.

Meski begitu perlu studi lanjutan untuk menjelaskan mekanisme perlindungan itu. Selain itu, faktanya rambut manusia bervariasi dari tingkat ketebalan serta tekstur. Jadi perlu penelitian lagi untuk mengetahui tingkat efektivitas dalam menangkal kerusakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com