Hal ini yang belum dilihat dalam iklan pemerintah saat ini dan harus segera digalakkan sebelum angka pasien membludak dan penelusuran sulit dilakukan lagi.
PeduliLindungi sudah bisa diunduh melalui #AppStore!
— Kementerian Kominfo (@kemkominfo) April 14, 2020
.
Buat #SobatKom pengguna gawai dengan sistem operasi ios kini sudah dpt diunduh lho melalui di ponsel kamu.
.
PeduliLindungi butuh kamu semua utk menghentikan & memutus penularan #Covid19 #PeduliLindungi#LawanCovid19 pic.twitter.com/gDbZGTOqmW
Edukasi pentingnya penggunaan masker bagi semua orang yang keluar rumah penting didengungkan. Namun, masyarakat sebaiknya menggunakan masker non-medis.
Masker non-medis adalah masker yang terbuat dari bahan semisal kain katun yang kedap air yang bisa dipakai berulang kali. Tujuan pemakaian ini untuk membantu menghalau partikel cairan liur yang menjadi sumber penyebaran utama Covid-19.
Setiap selesai pemakaian masker ini harus rutin dicuci dengan sabun dan dikeringkan dengan cara yang tepat. Caranya dengan tidak memegang sisi bagian luar dan langsung mencuci tangan habis melepas masker tersebut.
Penelitian di lab China telah menunjukkan penggunaan masker non-medis seperti ini tetap memberikan dampak signifikan dalam mengurangi transmisi percikan dari penderita penyakit paru seperti Covid.
Penelitian yang menggunakan virus flu burung sebagai pengganti virus penyebab Covid-19 melaporkan bahwa virus dapat dihambat hingga 95,15% dengan menggunakan masker berbahan 1 lapisan kain dan 4 lapis tisu dapur.
Di tengah kelangkaan alat pelindung diri (APD) termasuk masker medis yang berdampak pada kematian setidaknya 42 pekerja kesehatan, lebih baik masyarakat umum memakai masker non-medis.
Tidak ada kebijakan di atas yang dapat sukses tanpa pemahaman yang tepat di masyarakat.
Penjelasan alasan kenapa pemerintah menganjurkan kerja di rumah atau jaga jarak perlu dipahami oleh semua lapisan masyarakat.
Selain itu banyak informasi berseliweran di media sosial dan WhatsApp grup perihal obat-obat dan herbal yang diklaim dapat menyembuhkan Covid serta informasi hoaks lainnya.
Informasi yang tidak akurat seperti itu harus dikoreksi secara berkala dan cepat dalam konferensi pers yang disampaikan oleh ahli-ahli penyakit menular dan penyakit dalam, misalnya dari Perhimpunan Dokter Paru dan Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam.
Pemerintah perlu menyertakan ahli-ahli penyakit dan virus bukan hanya di Gugus Tugas Covid-19 tapi juga dalam konferensi pers rutin, seperti yang dilakukan Dr. Anthony Fauci, Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases di Amerika Serikat, meluruskan berita dan informasi yang tidak akurat terkait coronavirus.
Mayoritas penduduk Indonesia (lebih dari 130 juta) memiliki handphone sehingga solusi cepat untuk meningkatkan edukasi dapat dengan penggunaan SMS seperti yang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah lakukan sejak pekan lalu. Tapi frekuensi pesan yang hanya 2-3 kali per minggu saat ini tidak cukup.
Sebuah meta-analisis (kajian dari penelitian sejenis) dari 38 riset, dengan total 19.000 partisipan untuk berbagai penyakit, menunjukkan bahwa diperlukan lebih dari satu SMS setiap harinya untuk mendorong perubahan perilaku
Oleh karena itu, BNPB dapat mempertimbangkan mengirimkan SMS lebih sering, misalnya, dua kali setiap hari pada saat pagi dan sore perihal pentingnya tidak keluar rumah, mencuci tangan dengan sabun lebih sering, dan menjaga jarak sosial dengan bahasa singkat dan jelas.
Pesan-pesan lebih jelas juga harus tetap dilakukan oleh media massa dan influencer kepada publik.
Anthony Paulo Sunjaya
Scientia Doctoral Researcher, The George Institute for Global Health, UNSW Sydney, UNSW
Artikel ini tayang di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "Rumah sakit di Indonesia terancam lumpuh: ini 6 strategi “perang” mengalahkan COVID-19" Isi di luar tanggung jawab Kompas.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.