Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/04/2020, 14:47 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Berbagai upaya dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang saat ini menjadi pandemi global, seperti lockdown dan jaga jarak.

Dalam studi terbaru yang dilakukan ilmuwan Harvard, lockdown yang telah dilakukan beberapa negara tidak cukup untuk menghentikan penyebaran.

Mereka juga menyampaikan, kita mungkin harus melakukan social distancing atau jaga jarak satu dengan yang lain sampai 2022 nanti.

Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah gelombang lain virus corona baru yang bisa saja mengancam jiwa manusia.

Baca juga: Apakah Vaksin Lawas Bisa Cegah Infeksi Corona Covid-19?

Hasil kesimpulan itu berdasarkan pada perhitungan simulasi komputer yang laporannya terbit di jurnal Science, Selasa (14/4/2020).

Dituliskan dalam laporan tersebut, Covid-19 akan menjadi penyakit musiman seperti flu biasa, tetapi dengan tingkat penularan yang lebih tinggi dan berlangsung selama berbulan-bulan.

Namun, peneliti mengaku masih banyak yang belum diketahui, termasuk tingkat kekebalan yang didapat dari infeksi Covid-19 sebelumnya dan berapa lama hal itu akan berlangsung.

"Kami menemukan bahwa melakukan social distancing atau menjaga jarak fisik hanya satu kali kemungkinan tidak cukup untuk menghentikan penyebaran virus corona baru SARS-CoV-2," kata penulis utama studi Stephen Kissler, dilansir dari AFP, Rabu (15/5/2020).

"Yang tampaknya diperlukan adalah menerapkan periode menjaga jarak dengan sistem intermiten atau selang-seling," ungkapnya.

Karyawan pabrik di Cianjur, Jawa Barat diwajibkan mengenakan masker sebagai langkah pencegahan Covid-19 di kawasan industriIstimewa Karyawan pabrik di Cianjur, Jawa Barat diwajibkan mengenakan masker sebagai langkah pencegahan Covid-19 di kawasan industri

Ahli berkata, durasi dan intensitas lockdown baru dapat dilonggarkan ketika vaksin sudah tersedia.

Namun, selagi belum ada vaksin, menjaga jarak dengan orang lain akan membantu rumah sakit meningkatkan kapasitas perawatan klinis, khususnya ketika lonjakan kasus terjadi saat langkah-langkah pencegahan dilonggarkan.

Penulis mengatakan, ketika semua orang menjaga jarak aman, setidaknya dua meter, ini akan membantu petugas medis di garda terdepan untuk meningkatkan kapasitas perawatan terlebih jika ada lonjakan kasus.

Selain itu, kebiasaan jaga jarak yang dilakukan selama dua tahun, diharapkan dapat menghentikan munculnya gelombang kedua Covid-19.

"Bahkan pengawasan terhadap virus ini harus tetap dilakukan karena perkembangan penularan diprediksi bisa saja berlangsung hingga akhir 2024," tulis penulis.

Baca juga: Gejala Baru Virus Corona, Kulit Merah dan Gatal-gatal

Diakui penulis, kelemahan utama dalam model simulasi mereka adalah saat ini masih sangat sedikit yang diketahui tentang seberapa kuat kekebalan seseorang sebelum terinfeksi Covid-19 dan berapa lama hal ini bertahan.

Para ahli hanya mampu berspekulasi, orang yang terinfeksi Covid-19 memiliki kekebalan dibanding yang lain sekitar satu tahun.

Tes antibodi yang saat ini mulai dipasarkan ke berbagai negara akan mengetahui apakah seseorang sebelumnya sudah terinfeksi Covid-19 atau belum. Ini penting untuk menjawab pertanyaan terkait kekebalan tubuh dan vaksin tetap menjadi senjata pamungkas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com