Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlunya Suplai Obat ke Pasien TBC Saat Wabah Covid-19, Ahli Jelaskan

Kompas.com - 26/03/2020, 20:32 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tuberkulosis (TB/TBC) menjadi salah satu penyakit menular yang juga bisa ditularkan melalui droplet seperti wabah yang saat ini melanda dunia, virus corona atau Covid-19.

Pasien penyakit TBC seolah terabaikan, setelah Covid-19 ini juga melanda Indonesia. Dokter spesialis paru yang biasanya menangani penyakit TBC, banyak diperbantukan dalam menangani Covid-19 ini.

Padahal, disampaikan oleh Komite Ahli TB Indonesia, dr Pandu Riono MPH PhD, tidak sedikit pasien TBC yang mengalami resistensi obat dan butuh penanganan dan evaluasi terapi dari dokter ahli.

Baca juga: Di Tengah Wabah Corona, Bagaimana Penanganan TBC di Indonesia?

"Petugas kesehatan dasar TBC terganggu, eskalasi TBC bisa terhambar, karena fokus petugas kesehatan termasuk dokter terpecah," kata Pandu dalam diskusi online, Selasa (24/3/2020).

Untuk diketahui, pasien dengan penyakit TBC harus mengonsumsi obat setidaknya minimal sampai enam bulan.

Jika dalam masa konsumsi obat itu terganggu, atau pasien tidak mengkonsumsi obat, maka resistensi obat atau kebal terhadap obat yang diberikan sebelumnya bisa terjadi.

Baca juga: Sembuh dari Covid-19, Pria Jepang Kena Corona Lagi, Ini Penjelasannya

Alhasil, dokter harus melakukan pemeriksaan ulang atau diagnosis dari awal kembali terhadap kondisi pasien TBC tersebut.

Inilah persolan yang juga menjadi sorotan Pandu, di tengah wabah Covid-19 dan beragam imbauan untuk tidak berkeliaran di jalan ataupun menahan diri untuk pergi ke fasilitas kesehatan (faskes), juga berpengaruh terhadap pasien TBC.

"Orang dengan TBC dan sedang dalam pengobatan tidak boleh putus pengobatannya. Apapun yang terjadi tidak boleh putus obat, meski lagi ramai Covid-19 ini," ujar dia.

Dengan demikian, kata Pandu, kondisi ini harus segera diselesaikan atau diambil kebijakan oleh pemerintah.

Pada pasien yang harus minum obat rutin, entah itu penyakit TBC ataupun penyakit jenis lainnya, sementara pergi ke faskes berisiko tinggi terjadi penularan Covid-19 tanpa diketahui.

Baca juga: TBC Penyakit Menular, Begini Cara Penularan dan Kiat Mencegahnya

Oleh karena itu, pemerintah seharusnya memberikan alternatif pasien dapat mengkonsumsi obat tanpa harus pergi ke apotek maupun ke fasilitas kesehatan.

"Kalau perlu datangkan tenaga kesehatan (nakes) kirim obat. Jangan ada lagi orang putus obat, penyakit apapun, agar tidak ada lagi pasien meninggal Covid-19 dengan penyakit penyerta," tuturnya.

Telah diketahui, pasien Covid-19 yang meninggal dunia, hampir 80 persennya adalah orang yang memiliki penyakit komorbit atau penyakit penyerta sebelumnya.

Baca juga: Orang Indonesia Harusnya Takut TBC Bukan Virus Corona, Ini Kata Ahli

Oleh sebab itu, menurut dia, layanan kesehatan harus bisa mengantisipasi orang yang sudah sakit atau memiliki penyakit komorbit agar tidak tertular dengan pasien positif Covid-19 yang saat ini bisa jadi tidak diketahui dan masih berkeliaran ke mana-mana.

"Ini (pasien dengan penyakit komorbit agar tidak tertular Covid-19) yang harus kita lihat dan perangi bersama," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com