Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bakteri Bantu Kucing Berkomunikasi, Kok Bisa?

KOMPAS.com - Banyak hewan berkaki empat seperti kucing dan anjing peliharaan menggunakan aroma sebagai sarana komunikasi di antara sesama mereka.

Salah satu bentuk komunikasi kucing baik dengan sesama kucing maupun manusia melalui penandaan aroma.

Ini dilakukan dengan menggosokkan pipi, dagu, atau ekornya pada benda atau individu tertentu.

Namun, apa yang membuat aroma ini memiliki makna tertentu?

Dilansir dari phys.org, Senin (20/11/2023), penelitian terbaru dari University of California, mengungkap bagaimana kucing rumahan saling berkomunikasi melalui sinyal yang berasal dari bakteri yang menempati kelenjar dubur mereka.

Bakteri membentuk aroma unik pada setiap kucing

Penelitian yang dipimpin oleh Connie Rojas, seorang peneliti pascadoktoral yang bekerja dengan Profesor Jonathan Eisen di Departemen Evolusi dan Ekologi serta Pusat Genom UC Davis, terdiri dari tiga bagian yang fokus pada sekresi kelenjar dubur pada kucing domestik.

Hasilnya aroma yang ditemukan pada kucing berasal dari campuran senyawa organik yang mudah menguap, termasuk aldehida, alkohol, ester, dan keton.

Meskipun sebagian besar dari senyawa ini tidak dapat dideteksi oleh hidung manusia, aroma tersebut memiliki peran penting dalam perilaku dan kehidupan sosial kucing.

Mereka menggunakan aroma untuk menandai wilayah, menarik pasangan, dan mengusir pesaing.

Peneliti menemukan bakteri seperti Corynebacterium, Bacteroides, Proteus, Lactobacillus, dan Streptococcus mendominasi mikrobioma pada kucing meskipun komposisi mikroba dapat bervariasi antar individu.

Kucing yang lebih tua cenderung memiliki mikrobioma yang berbeda dari yang lebih muda.

Meskipun ada perbedaan yang mencolok pada kucing yang dikaitkan dengan obesitas, ukuran sampel belum cukup besar untuk memastikannya.

Dalam analisis kelenjar dubur para peneliti menemukan ratusan senyawa organik dengan bakteri di kelenjar dubur diduga berperan dalam pembentukan senyawa ini berdasarkan analisis genetik.

98 persen bakteri ditemukan di pantat kucing

Penelitian lain yang dikutip dari Nature World News, Senin (20/11/2023), menganalisis komposisi bakteri dalam cairan dubur dan menemukan bahwa cairan tersebut didominasi oleh enam genera yang mencakup 98 persen bakteri.

Bakteri tersebut melibatkan Corynebacterium, Staphylococcus, Porphyromonas, Peptoniphilus, Anaerococcus, dan Finegoldia.

Perbandingan mikrobiota dubur pada kucing bernama Keanu dengan dua kucing lain, Milo dan Leo menunjukkan profil bakteri yang serupa dengan beberapa perbedaan.

Misalnya, Keanu memiliki lebih banyak Corynebacterium dan lebih sedikit Staphylococcus dibandingkan kedua kucing lainnya.

Peneliti menganggap perbedaan ini mungkin mencerminkan individualitas aroma kucing yang dipengaruhi oleh faktor seperti pola makan, kesehatan, genetika, dan lingkungan.

Mereka juga menyarankan bahwa bakteri kantung anus mungkin berperan dalam menghasilkan senyawa organik mudah menguap atau volatile organic compounds (VOC) yang menciptakan bau ekskresi.

Penelitian mencatat bahwa mikrobiota kantung anus kurang beragam dibandingkan mikrobiota usus kemungkinan karena tekanan selektif dari sistem kekebalan tubuh.

Hipotesis ini menyarankan bahwa mikrobiota kantung anus mungkin berevolusi bersama inangnya untuk mendukung interaksi sosial dan pengenalan pasangan.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/11/26/080000323/bakteri-bantu-kucing-berkomunikasi-kok-bisa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke