Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi Ungkap Buaya Bisa Bergerak Cepat karena Tangisan Bayi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru menunjukkan buaya mampu mengidentifikasi bayi manusia lemah dan berpotensi rentan berdasarkan suara tangisnya.

Suara tangisan bayi selaras dengan anak kera besar lain, sehingga membuat reptil ini mampu mengenali rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dirasakan bayi, bahkan lebih baik daripada manusia.

Menurut Nicolas Grimault dari University of Lyon di Perancis, buaya mengandalkan perubahan frekuensi daripada nada. Saat mereka mendengarnya, buaya bergerak cepat ke arah bayi manusia, simpanse, dan bonobo yang tertekan.

"Sangat menarik bahwa buaya dapat mengumpulkan informasi tangisan bayi primata, benar-benar tidak terduga," katanya.

Respon buaya pada tangisan bayi

Dikutip dari New Scientist, Rabu (9/8/2023) untuk menguji respons buaya, Grimault dan rekannya menggunakan rekaman tangisan 24 bayi hominid.

Termasuk di antaranya 12 manusia (Homo sapiens), enam bonobo (Pan paniscus) yang ditangkap di kebun binatang Eropa, dan enam simpanse liar (Pan troglodytes) yang tinggal di Uganda.

Bayi bonobo dan simpanse menangis dalam berbagai tingkat kesusahan dalam keadaan alami, seperti saat konflik dengan kera lain atau saat jauh dari induknya. 

Sedangkan bayi manusia, menangis baik selama waktu mandi di rumah dengan orang tua mereka, atau selama vaksinasi di pusat kesehatan.

Peneliti kemudian menganalisis 18 variabel akustik pada setiap file suara untuk mengidentifikasi pola mana yang dikaitkan dengan tingkat kesulitan yang berbeda.

Peneliti kemudian menempatkan dua pengeras suara besar di masing-masing empat kolam di kebun binatang Crocoparc di Maroko.

Setiap kolam menampung hingga 25 buaya Nil jantan dan betina dewasa (Crocodylus niloticus).

Peneliti memutar rekaman tangis bayi selama 30 detik untuk setiap kelompok, setidaknya dengan selang waktu 10 menit, dimulai satu jam setelah taman ditutup.

Buaya ternyata menanggapi tangisa dari ketiga spesies tersebut dengan memutar kepala, berenang ke arah suara dan terkadang bahkan menggigit speaker.

“Buaya biasanya adalah hewan yang tidak bergerak. Jadi, ketika Anda memutar rekaman tangisan bayi dan Anda mendapati lima atau tujuh buaya tiba-tiba berdiri dan bergerak, itu adalah reaksi yang cukup kuat,” kata Grimault.

Reaksi buaya lebih kuat ketika rekaman memiliki lebih banyak karakteristik akustik non-linier dan energi yang lebih intens pada frekuensi yang lebih tinggi.

Sebaliknya, manusia menilai tingkat kesusahan berdasarkan nada tangisan, karakteristik yang tampaknya diabaikan oleh buaya.

Dengan demikian, manusia dapat salah mengira tingkat kesusahan bayi dengan tangisan bernada tinggi alami, sementara buaya tidak akan mudah bingung.

Perilaku protektif buaya

Temuan menunjukkan bahwa buaya yang banyak ditemui di Afrika bisa menjadi bahaya yang signifikan di pemukiman manusia paling awal, kata para peneliti.

“Jika bayi primata dalam kesulitan besar misalnya terluka ia akan lebih lambat mencoba melarikan diri,” papar Grimault.

Namun ada yang menarik dalam studi ini. Meski sebagian besar buaya bereaksi dengan cara predator terhadap tangisan, satu individu tampaknya menunjukkan perilaku protektif.

"Kami pikir itu betina, dan dia benar-benar memposisikan di depan seolah-olah untuk mempertahankannya dari buaya lainnya," ungkap Grimault lagi.

Buaya betina diketahui sering melindungi anaknya dari pejantan kanibal.

Daya tarik tangisan bayi terhadap buaya jarang dipelajari secara ilmiah sampai sekarang.

Tetapi efek umumnya sudah lama diketahui. Pemburu Eropa di Sri Lanka tampaknya menggunakan bayi manusia yang menangis untuk memikat buaya ke tempat tembak selama abad ke-19.

Temuan tentang respon buaya terhadap tangisan bayi ini dipublikasikan di Proceedings of the Royal Society B.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/08/10/103000323/studi-ungkap-buaya-bisa-bergerak-cepat-karena-tangisan-bayi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke