Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Serangan Hiu Paling Mematikan yang Pernah Tercatat

KOMPAS.com - Serangan hiu sangat jarang terjadi karena kemungkinan besar Anda tidak akan bertemu satu pun secara langsung, apalagi digigit.

Akan tetapi, saat Perang Dunia II, tenggelamnya kapal Angkatan Laut AS memicu serangan hiu paling terkenal dalam sejarah yang berlangsung selama berhari-hari dan memakan ratusan korban jiwa.

Serangan hiu saat Perang Dunia II

Dikutip dari Live Science, Kamis (11/5/2023) pada Juli 1945, USS Indianapolis telah menyelesaikan perjalanan ke pangkalan angkatan laut di pulau Pasifik Tinian untuk mengirimkan uranium dan komponen lain yang akan digunakan untuk membuat bom atom "Little Boy".

Setelah mengirimkan suku cadang, Indianapolis berangkat ke Filipina untuk tugas pelatihan. Tak lama setelah tengah malam pada tanggal 30 Juli, kapal tersebut ditorpedo oleh kapal selam Jepang, menyebabkan kerusakan besar.

Dengan kerusakan parah itu, kapal tenggelam hanya dalam waktu 12 menit.

Dari 1.195 orang di atas kapal, sekitar 300 tenggelam bersama kapal, sedangkan hampir 900 orang terapung-apung di lautan terbuka. Banyak yang meninggal karena paparan, dehidrasi, dan keracunan air asin.

Namun menurut Majalah Smithsonian, sekitar 150 pelaut dan awak kapal diperkirakan telah dibunuh oleh hiu. Ini dianggap sebagai serangan hiu terburuk dalam sejarah.

Serangan hiu terburuk dalam sejarah

Dalam kesaksiannya, penyintas bernama Kopral Edgar Harrel menceritakan jenazah yang tewas dan terluka dievakuasi terlebih dahulu. Ia juga menyebut pagi pertama kapal tenggelam ia melihat hiu.

"Ketika orang-orang mulai dipisahkan mereka menjadi target. Anda bisa mendengar jeritan dan kemudian tubuhnya akan tenggelam, menyisakan pelampungnya saja," kata Harrel.

Orang-orang juga menjadi terlalu takut untuk makan atau bergerak karena takut dimangsa.

Menurut laporan seorang yang selamat, salah satu pelaut dikelilingi oleh hiu. Itu bisa saja terjadi karena aroma darah yang menyebabkan hiu berkerumun dan bersaing mendapatkan makanan yang tersedia.

Persaingan hiu untuk memperoleh mangsa yang disebut perburuan gila-gilaan ini sangat berbahaya karena hiu menjadi sangat agresif dan menyerang satu sama lain serta mangsanya.

"Kegilaan makan bisa berbahaya bagi manusia yang kebetulan berada di air, karena hiu mungkin tidak bisa membedakan antara mangsa dan manusia," ungkap Nico Booyens, ahli biologi kelautan dan direktur penelitian di Unit Penelitian Hiu di Afrika Selatan.

Menurut catatan orang yang selamat pula, banyak korban yang diserang hiu di dekat permukaan air.

Sejak saat itu, hal tersebut menimbulkan dugaan bahwa hiu whitetip samudra (Carcharhinus longimanus) terlibat dalam serangan hiu karena mereka adalah spesies yang tinggal di permukaan laut.

Booyens menambahkan ketika seekor hiu telah menemukan mangsanya, hewan tersebut sering menggunakan gigi tajam dan rahang yang kuat untuk menggigit dan mencabik daging mangsanya.

Serangan hiu dan penyelamatan yang terlambat

Selama empat hari, tidak ada penyelamatan yang datang. Meskipun Angkatan Laut AS telah menerima kabar bahwa kapal selam Jepang telah menenggelamkan kapal AS, pesan tersebut diyakini palsu.

Sementara itu, para penyintas berusaha bertahan hidup dengan mengapung berkelompok.

Namun dalam panas terik, banyak yang mengalami dehidrasi dan lainnya pun meninggal karena hipernatremia atau terlalu banyak natrium dalam darah, karena terpaksa minum air laut yang asin.

Untungnya, sebuah pesawat Angkatan Laut yang terbang di atas kepala melihat orang-orang yang selamat dari Indianapolis dan menghubungi radio untuk meminta bantuan.

Makanan, air, dan rakit dijatuhkan untuk orang-orang yang selamat, sebelum sebuah pesawat amfibi didaratkan oleh Letnan Adrian Marks untuk menyelamatkan beberapa orang yang selamat dari serangan hiu.

Kapal USS Cecil J. Doyle akhirnya datang untuk mengevakuasi korban selamat yang hanya tersisa 316 orang saja.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/05/13/110000623/serangan-hiu-paling-mematikan-yang-pernah-tercatat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke