Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bukti Ilmiah ASI Eksklusif Bisa Bantu Cegah Stunting

KOMPAS.com - Stunting masih menjadi masalah besar di Indonesia. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018, angka stunting di Indonesia masih mencapai 30,8 persen.

Pencegahan stunting sendiri cukup penting, mengingat hal ini akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia di masa mendatang.

Hal ini juga diamini oleh Prof. Dr. Damayanti Syarif, Ketua Satgas Stunting Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

"Kenapa stunting ini masalah, karena kualitas sumber daya manusia (SDM) bakal kacau kalau ini tidak benar," kata Damayanti dalam sesi bincang bersama Kompas.com, Rabu (5/4/2023).

Kapan stunting bisa dicegah?

Dalam kesempatan yang sama, Damayanti juga memaparkan mengenai penelitian kohort terkait stunting yang dilakukan oleh Kathryn G Dewey dan Sandra L Huffman yang terbit dalam jurnal Food and Nutrition Bulletin pada Juni 2009.

Studi tersebut menunjukkan bahwa dampak stunting 80 persen terjadi setelah bayi lahir. Dalam hal ini, Damayanti menyebut bahwa ketika lahir, bayi memiliki panjang badan normal.

"Lahir anaknya normal, pada usia 0-6 bulan kalau ASI yang diberikan tidak cukup itu 20 persen akan mengalami stunting pada masa ASI eksklusif," papar Damayanti.

Sedangkan pada masa MPASI atau usia 6 bulan hingga 2 tahun, ketika kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi dengan baik, anak bisa mengalami stunting 50 persen.

Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian yang terbit dalam jurnal Enfermeria Clinica pada Juni 2020.

Dalam riset yang dilakukan di Sulawesi Selatan tersebut ditemukan bahwa penghentian menyusui dini bisa meyebabkan stunting karena beberapa hal, termasuk asupan energi yang tidak memadai, kekurangan nutrisi, dan kurangnya imun pasif yang didapatkan dari ASI.

Studi lain yang mendukung pernyataan di atas terbit pada Desember 2021 di jurnal Nutrients. Studi yang dilakukan di Indonesia Timur tersebut menemukan bahwa anak-anak yang mendapat ASI eksklusif memiliki kemungkinan 25 persen lebih kecil untuk mengalami stunting dibanding anak yang tidak mendapat ASI eksklusif.

"ASI eksklusif memang tidak langsung dapat mencegah stunting tapi secara signifikan, menyusui bayi secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya dapat mengurangi kemungkinan stunting pada rumah tangga dengan pendapatan rendah," tulis para peneliti.

ASI memberi perlindungan dan kekebalan tubuh pada anak

Hubungan antara pemberian ASI eksklusif dan stunting masih terus diteliti. Salah satu yang mencari tahu hubungan tersebut adalah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Annals of Global Health pada November 2020.

Studi tersebut menyebut, hubungan antara ASI ekslusif dan pencegahan stunting adalah faktor perlindungan kekebalan tubuh yang didapatkan dari ASI.

"ASI dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh anak yang belum matang, mengurangi episode diare, dan penyakit menular lainnya, hingga mengurangi paparan cairan atau makanan pelengkap yang berbahaya," tulis para periset.

Selain memberikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, ternyata ASI awal atau kolostrum dalam hari pertama bayi lahir kedua juga memiliki peran penting dalam pencegahan stunting.

Kolostrum sendiri mengandung banyak gizi, di antaranya kadar protein yang tinggi, vitamin larut lemak, mineral, antioksidan, serta immunoglobulin.

Menurut studi yang dilakukan para peneliti Turki tahun 2007, risiko mengalami stunting meningkat pada anak yang tidak diberikan kolostrum.

"Ibu harus diberi tahu tentang manfaat pemberian ASI di layanan perawatan antenatal (sebelum kelahiran) selama kehamilan mereka dan mengajarkan praktik pemberian ASI yang tepat, termasuk pentingnya pemberian kolostrum," tulis para peneliti dalam abstrak yang dipublikasikan di The Turkish Journal of Pediatrics.

Penelitian di Ethiopia juga menunjukkan hasil serupa. Studi tahun 2016 itu menyebut uji chi-square menunjukkan bahwa pemberian kolostrum dikaitkan dengan tiga indikator anak yang kekurangan gizi (stunting, kurang berat badan dan kurus).

"Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kolostrum dikaitkan dengan rendahnya probabilitas kurang gizi di kalangan anak-anak prasekolah," tulis mereka dalam laporan di European Journal of Clinical and Biomedical Sciences.

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di hari pertama kehidupan bayi

Mengenai pemberian kolostrum sendiri, Anggota Satgas ASI IDAI Dr. Klara Yuliarti, Sp.A(K) menyebutkan mengenai pentingnya inisiasi menyusui dini dalam diskusi virtual pada Jumat (14/1/2022).

"Sudah ditekankan oleh WHO tahun 2015 untuk meningkatkan atau memperbaiki praktik pemberian ASI, yang bisa dilakukan adalah IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dan ASI eksklusif selama enam bulan," ujar Klara.

Dia menuturkan, ASI bukan hanya sekadar susu ibu, tetapi banyak mengandung bioaktif yaitu zat yang bermanfaat untuk kesehatan seperti Imunogobulin atau antibodi, human milk oligosaccharides (HMO), sel darah putih, dan antimikroba lainnya.

"Beberapa penelitian menyebut ASI mencegah diare dan infeksi saluran pernapasan bawah. Kemudian, ASI mengandung HMO yang berfungsi untuk makanan bagi bakteri baik yang membantu pematangan usus bayi," imbuhnya.

Di samping itu, setelah bayi berusia enam bulan pemberian ASI harus didampingi dengan MP-ASI yang benar, serta anak harus diberikan protein hewani untuk memperbaiki tumbuh kembangnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/04/19/203500223/bukti-ilmiah-asi-eksklusif-bisa-bantu-cegah-stunting

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke