Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kawah Bekas Tumbukan Asteroid Kedua Ini Mungkin Juga Turut Binasakan Dinosaurus

KOMPAS.com - Dinosaurus diyakini musnah karena hantaman asteroid besar ke Bumi pada 66 juta tahun yang lalu. Namun, studi baru mengungkapkan temuan kawah bekas dihantam asteroid di Afrika Barat juga diduga jadi penyebab dinosaurus musnah.

Bekas tumbukan asteroid yang menabrak Bumi pada 66 juta tahun yang lalu, saat ini berada di Teluk Meksiko.

Namun, apakah kawah tersebut satu-satunya bekas tumbukan asteroid yang menyebabkan kepunahan dinosaurus?

Dikutip dari BBC Indonesia, Sabtu (20/8/2022), temuan kawah kemungkinan bekas tumbukan asteroid kedua di Bumi, yang berusia hampir sama dengan yang di Teluk Meksiko, kembali memunculkan pertanyaan tersebut.

Kendati kawah tersebut tidak sebesar hasil benturan batu luar angkasa yang berada di Chicxulub, Meksiko, namun tetap saja, bekas tumbukan yang dihasilkan tetap saja memicu bencana alam yang besar.

Bekas tumbukan asteroid baru yang ditemukan di sekitar 400 Km di lepas pantai Guinea, Afrika Barat ini posisinya berada di lebih dari 300 meter di bawah dasar laut dan dijuluki sebagai Kawah Nadir.

Kawah Nadir bekas tumbukan asteroid ini memiliki diameter sebesar 8,5 Km dan para ahli memperkirakan asteroid yang membentuk kawah tersebut kemungkinan berukuran kurang dari setengah Kilometer.

Kawah tersembunyi di dasar laut itu ditemukan oleh Dr Uisdean Nicholson dari Universitas Heriot-Watt, Edinburgh, Inggris.

Nicolson menganalisis data survei seismik, melakukan pengeboran untuk lebih memahami perubahan iklim yang terjadi di masa lalu di Bumi.

Survei semacam ini, sering digunakan untuk mencari potensi minyak dan gas, mencatat perbedaan lapisan batuan, dan sedimen di bawah tanah, yang seringkali dilakukan hingga kedalaman beberapa kilometer.

"Survei ini seperti melakukan USG [melakukan pencitraan lewat gelombang suara] pada Bumi. Saya telah menghabiskan waktu setidaknya 20 tahun untuk mengartikannya, tapi saya tak pernah melihat yang seperti ini," katanya kepada BBC News.

Nicholson menambahkan, "Bentuk Kawah Nadir didiagnosis dampak dari asteroid. Ada lereng yang terangkat, mengelilingi area (bebatuan) yang terangkat bagian tengahnya, dan kemudian lapisan reruntuhan memanjang ke luar".

Sementara, ukuran asteroid yang membentuk Kawah Chicxulub di Teluk Meksiko diperkirakan memiliki panjang 12 Km dan asteroid ini telah membentuk luas lingkaran kawah hingga 200 Km.

Saat proses menabrak permukaan bumi, asteroid ini telah memicu gempa bumi yang dahsyat, tsunami dan kebakaran besar secara global.

Saat peristiwa tumbukan asteroid dengan Bumi itu terjadi, banyak material berdebu membumbung ke angkasa, dan membuat Bumi membeku karena tidak ada sinar matahari yang masuk.

Akibat dari peristiwa dahsyat itu, dinosaurus tidak mampu bertahan dengan perubahan iklim yang drastis ini.

"Simulasi kami menunjukkan Kawah Nadir disebabkan oleh asteroid berukuran lebar 400 meter, yang menumbuk di kedalaman 500-800 meter perairan," jelas Dr Veronica Bray dari Universitas Arizona, Amerika Serikat.

Bray menambahkan, "Saat menabrak bumi, telah memicu tsunami dengan ketinggian satu kilometer, serta gempa berkekuatan 6,5 Magnitudo atau lebih. Kekuatan yang dilepaskan ada sekitar 1.000 kali lebih besar dari peristiwa letusan gunung yang disertai tsunami di Tonga pada Januari 2022."

Dua kawah bekas tumbukan asteroid

Dalam studi ini, tim Nicholson harus berhati-hati dalam menghubungkan kedua dampak tumbukan asteroid tersebut, baik yang ditemukan di Teluk Meksiko maupun di Afrika Barat.

Usia Kawah Nadir di Afrika Barat sangat mirip dengan usia kawah Chicxulub di Meksiko, berdasarkan analisis fosil yang diketahui melalui pengeboran lubang.

Akan tetapu untuk memastikannya, bebatuan di kawah harus diangkat dan diperiksa. Pemeriksaan ini juga akan mengkonfirmasi bahwa Kawah Nadir memang merupakan tumbukan dari asteroid.

Selain itu, analisis itu akan menunjukkan bahwa Kawah Nadir bukan kawah yang terbentuk dari peristiwa alam lain, seperti gunung meletus yang menyebabkan batuan cair (magma) keluar ke permukaan Bumi yang terjadi di masa lalu.

Teori tentang Bumi yang dihujam sekelompok batuan besar dari luar angkasa di masa lalu, bukanlah gagasan yang baru.

Sebelumnya, orang-orang juga berspekulasi bahwa Kawah Boltysh di Ukraina tercipta dari asteroid yang terkait peristiwa Chicxulub, bahkan usia kawah itu juga tak jauh berbeda.

Prof Sean Gulick, yang ikut memimpin proyek terbaru untuk mengebor Kawah Chicxulub, mengatakan asteroid yang membentuk Nadir mungkin jatuh ke Bumi pada hari yang sama dengan asteroid yang jatuh di Chicxulub.

Atau jarak tumbukan asteroid ini mungkin saja bisa berbeda satu juta atau dua tahun dari bencana di Meksiko.

Para ilmuwan hanya akan tahu pasti ketika batu dari kawah Afrika barat itu diperiksa di laboratorium.

Prof Sean Gulick memberikan ilustrasi dalam keluarga pada sebagai perbandingan asteroid yang memusnahkan dinosaurus di Bumi.

"Sepupu, atau saudara perempuan yang jauh lebih kecil. Mereka tidak serta merta menambah apa yang kita ketahui tentang kepunahan dinosaurus, tetapi itu menambah pemahaman kita tentang peristiwa astronomi yang terjadi di Chicxulub," kata peneliti Universitas Texas di Austin kepada BBC News.

"Apakah ini merupakan pecahan dari asteroid yang lebih besar, yang memiliki banyak fragmen yang menghantam Bumi dari waktu ke waktu? Apakah Chicxulub adalah asteroid ganda di mana objek yang lebih kecil mengorbit objek yang lebih besar?

"Ini adalah pertanyaan menarik untuk dicari tahu, karena mengetahui bahwa Chicxulub mungkin memiliki kawah kedua pada saat yang sama, akan mengubah sedikit cerita tentang bagaimana Chicxulub muncul."

Studi tentang Kawah Nadir yang mungkin terbentuk akibat tumbukan asteroid yang musnahkan dinosaurus ini juga telah dipublikasi dalam jurnal Science Advances.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/08/23/100200423/kawah-bekas-tumbukan-asteroid-kedua-ini-mungkin-juga-turut-binasakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke