Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Diabetes Tipe 1 dan Diabetes Tipe 2, Apa Bedanya?

Penyakit kronis ini ditandai dengan ciri-ciri tingginya kadar gula (glukosa) darah. Glukosa menjadi sumber energi utama bagi sel tubuh manusia.

Glukosa yang menumpuk dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik, dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh.

Sementara itu, kadar gula darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas.

Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.

Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita.

Terdapat dua jenis diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Apa bedanya?

Diabetes tipe 1

Melansir Live Science, diabetes tipe 1 terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru menyerang sel-sel di pankreas yang membuat hormon insulin.

Hal ini mengakibatkan ketidakmampuan tubuh memproduksi insulin yang cukup untuk menjaga gula darah tetap terkendali.

Insulin sangat penting untuk metabolisme glukosa. Tanpa insulin, glukosa menumpuk dalam darah, yang seiring waktu dapat memicu komplikasi.

Menurut National Library of Medicine, belum diketahui secara jelas penyebab diabetes tipe 1. Namun, para ilmuwan memperkirakan genetika dan faktor lingkungan seperti paparan virus dapat menyebabkan tubuh keliru menyerang sel-sel di pankreas yang membuat insulin.

Beberapa faktor risiko yang diketahui termasuk riwayat keluarga dengan diabetes tipe 1, adanya gen tertentu, dan geografi.

Kasus penyakit ini lebih tinggi di daerah yang semakin jauh dari khatulistiwa, mungkin dikarenakan radiasi UV dan kekurangan vitamin D.

Gejala diabetes tipe 1

Gejala dari diabetes ini meliputi peningkatan rasa haus, lapar dan buang air kecil, penglihatan kabur, kelelahan, serta penurunan berat badan tanpa sebab.

Terkadang, tanda awal diabetes tipe ini disebut ketoasidosis diabetik (DKA), dengan gejala termasuk napas yang berbau, kulit kering atau memerah, mual atau muntah, sakit perut, kesulitan bernapas, kebingungan, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.

DKA terjadi saat tubuh tidak dapat menggunakan gula untuk energi, sehingga berubah menjadi lemak.

Ini mengakibatkan senyawa keton dilepaskan, yang membuat darah menjadi asam dan bisa beracun. Apabila tidak diobati, DKA bisa mematikan.

Seiring waktu, kadar gula darah yang tidak terkontrol pada penderita diabetes dapat menyebabkan sejumlah komplikasi yang mempengaruhi organ utama, memicu masalah serius seperti serangan jantung, stroke, kebutaan, hingga gagal ginjal.

Pengobatan diabetes tipe 1

Pasien diabetes tipe 1 membutuhkan terapi insulin untuk mengatur gula darah sehari-hari. Insulin diberikan melalui suntikan, bukan dalam bentuk obat minum.

Sementara dalam kasus yang berat, dokter dapat merekomendasikan operasi pencangkokan atau transplantasi pankreas untuk mengganti pankreas yang mengalami kerusakan.

Pasien diabetes tipe 1 yang berhasil menjalani operasi tersebut tak lagi memerlukan terapi insulin, tapi harus mengonsumsi obat imunosupresif secara rutin.


Diabetes tipe 2

Diabetes 2 merupakan penyakit progresif. Pada penderita diabetes tipe 2, pankreas tidak menghasilkan cukup insulin dan/atau tubuh tidak menggunakannya secara efisien.

Hal tersebut membuat adanya peningkatkan kadar glukosa dalam darah, yang seiring waktu dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius termasuk penyakit jantung, penyakit ginjal, dan penyakit mata.

Adapun diabetes tipe 2 terkait dengan faktor genetik dan gaya hidup. Faktor risikonya termasuk memiliki pradiabetes, kelebihan berat badan, kurang olahraga, dan berusia lebih dari 45 tahun.

Meski begitu, belum diketahui mengapa faktor-faktor tersebut meningkatkan risiko penyakit kronis.

Menurut Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal, lemak ekstra terutama di sekitar pinggang menyebabkan peradangan, stres fisiologis, atau perubahan lain pada sel-sel tubuh yang akhirnya menyebabkan resistensi insulin.

Kendati demikian, penyakit diabetes tipe 2 juga dapat berkembang pada orang yang tidak kelebihan berat badan atau obesitas, kebanyakan terjadi pada orang dewasa yang lebih tua.

Gejala diabetes tipe 2

Gejala awal termasuk peningkatan rasa haus, buang air kecil dan lapar, kelelahan, penglihatan kabur, kesemutan ekstrim, penurunan berat badan, dan sulit menyembuhkan luka atau infeksi kulit.

Namun, gejala-gejala tersebut sering muncul secara bertahap selama bertahun-tahun dan bisa sangat ringan sehingga terlewatkan. Bahkan, terkadang tidak ada gejala sama sekali.

Komplikasi jangka panjang dari diabetes tipe 2 termasuk serangan jantung, kerusakan saraf, kerusakan ginjal, kebutaan, disfungsi ereksi, dan demensia.

Pengobatan diabetes tipe 2

Pasien diabetes wajib mengatur pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah, sayur, protein dari biji-bijian, serta makanan rendah kalori dan lemak.

Bila perlu, dapat mengganti asupan gula dengan pemanis yang lebih aman untuk penderita diabetes, termasuk berkonsultasi dengan ahli untuk mengatur pola makan sehari-hari.

Beberapa pasien diabetes tipe 2 disarankan untuk menjalani terapi insulin untuk mengatur gula darah dan obat-obatan, termasuk suplemen atau vitamin yang diresepkan oleh dokter.

Pasien diabetes harus mengontrol gula darah secara disiplin melalui pola makan sehat, agar gula darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas normal.

Selain mengontrol kadar glukosa, biasanya pasien akan dijadwalkan menjalani tes untuk memantau kadar gula darah.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/04/12/140500823/mengenal-diabetes-tipe-1-dan-diabetes-tipe-2-apa-bedanya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke