Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peneliti UGM Kembangkan Padi "Amphibi" Gamagora, Apa Itu?

KOMPAS.com - Fenomena perubahan iklim telah menyebabkan berbagai dampak lingkungan, termasuk produksi tanaman pangan seperti padi. Menyiasati hal ini, tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan padi "Amphibi" Gamagora.

Dalam keterangan resminya, Ketua Tim Peneliti dari Fakultas Pertanian UGM, Dr. Ir. Taryono mengungkapkan timnya tengah mengembangkan varietas padi "Amphibi".

Pengembangan varietas padi baru ini dilakukan guna menyiasati penurunan produksi padi di Indonesia akibat adanya fenomena perubahan iklim, baik yang disebabkan oleh El Nino maupun La Nina.

Selain itu, dikembangkannya varietas padi baru ini dapat menyiasati pula masalah alih fungsi lahan sawah ke non-sawah yang semakin meningkat. Tercatat pengalihan fungsi lahan dari lahan sawah ke non-sawah telah mencapai 96.512 hektar per tahun.

Varietas padi amphibi dinamai Gamagora yang merupakan kependekan dari Gama Gogo Rancah.

"Gamagora sedang dilakukan uji multilokasi sebanyak 14 lokasi di seluruh indonesia," kata Taryono ditemui di sela-sela peninjauan lokasi uji multilokasi di Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT), Berbah, Kalitirto, Sleman, Minggu (20/3/2022).

Taryono menjelaskan bahwa padi amphibi Gamagora sedang diuji di delapan lokasi sawah dan enam lokasi pada tanah tadah hujan.

Kegiatan uji multilokasi tersebut dilakukan untuk mendapatkan izin edar dan izin rilis dari varietas padi baru dari Kementerian Pertanian.

Keunggulan padi amphibi Gamagora

Anggota peneliti lainnya Dr. Panjisakti Basunada, S.P., M.P., mengatakan bahwa uji multilokasi tersebut dilakukan juga untuk mendapatkan keunggulan padi dibandingkan dengan varietas padi sejenis yang sudah ditanam di Indonesia.

"Di sini yang akan kita libatkan ada sepuluh calon, ditambah dengan empat pembanding. Dibandingkan dengan kultivar yang sudah eksis, yang disukai petani dan unggul. Paling tidak syarat kultivar bisa lulus menyamai penampilan, menyamai karater yang unggul," jelas Panjisakti.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa sementara ini, keunggulan varietas tanaman padi amphibi Gamagora ini adalah bisa ditanam di lahan persawahan maupun lahan non-sawah.

"Yang kita jagokan di sini, padi ini selalu unggul pada sawah dan lahan kering karena itu (kenapa varietas padi) disebut (padi) amphibi sebagai label saja berkesan bagi petani," papar Panjisakti.

Kendati potensi produksi varietas padi amphibi ini dapat mencapai 10 ton per hektar, tetapi varietas padi baru ini tengah diuji di multilokasi terhadap 10 galur harapan di 14 lokasi di sembilan provinsi.

Di antaranya di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan dan Halmahera Utara.

"Sampai saat ini sempat kita prediksi sudah mulai kelihatan beberapa nomor sudah melihat potensi hasil (produksi) lebih tinggi di air pembandingnya. Ada kemampuan beradaptasi dan stabilitas. Siap dirilis nasional jika bagus di semua tempat. Jika hanya satu (tempat), maka hanya kultivar satu tempat saja," jelas Panjisakti.

Rektor UGM Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., mengungkapkan apresiasi atas hasil inovasi riset padi Gamagora yang sudah memasuki uji multilokasi.

Menurutnya, padi amphibi ini memiliki potensi untuk bisa ditanam di dua lokasi area persawahan dan lahan kering. Oleh sebab itu, padi ini menurut Panut bisa menjadi bibit padi yang baik untuk meningkatkan produktivitas padi di tanah air.

"Bibit yang bagus menjadi kebutuhan bagi pertanian kita bahwa produktivitas harus kita tingkatkan per hektarnya. Saya kira minimal 10 ton per hektar sangat bagus dan dengan meningkatnya produktivitas per hektar tentu menguntungkan petani," katanya.

Panut berharap padi Gamagora ini selain potensial menghasilkan produksi panen per hektar yang tinggi, tetapi juga memiliki keunggulan terhadap hama penyakit, serta bisa lolos uji varietas dan mendapatkan izin edar.

Gabah yang dihasilkan dari panen padi amphibi Gamagora ini akan diproses menjadi benih padi bersertifikat, yang separuhnya digunakan sebagai bantuan ke beberapa kelompok tani yang ada di sekitar PIAT UGM.

Adanya bantuan benih pagi varietas baru tersebut diharapkan dapat menekan biaya produksi, sehingga produktivitas meningkat.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/03/30/083100223/peneliti-ugm-kembangkan-padi-amphibi-gamagora-apa-itu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke