Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Situasi Pandemi di Indonesia dan Catatan-catatan Epidemiolog

Epidemiolog dari Griffith University Australia dr Dicky Budiman menegaskan, pandemi masih terjadi secara global. Saat ini, beberapa kawasan di dunia seperti Eropa dan China situasinya memburuk disebabkan adanya subvarian BA.2, mutasi dari varian Omicron.

“Beberapa kawasan seperti Eropa dan China (situasinya) memburuk dengan kehadiran subvarian BA.2 yang lebih cepat menular dari BA.1 maupun lebih menyebabkan keparahan,” ujar Dicky kepada Kompas.com, Selasa (15/3/2022).

Menurut dia, subvarian BA.2 mempunyai viral load 10 kali lebih banyak dibandingkan BA.1.

Dicky menegaskan, Indonesia juga belum terlepas dari pandemi, bahkan sejumlah provinsi masih mempunyai positivity rate di atas 5 persen.

“Tren kematian maupun hunian ICU masih tinggi. Ini menunjukkan situasi kritis, eskalasi pandemi masih serius dan ini ditengah keterbatasan testing tracing kita, yang artinya jumlah kasus baik infeksi maupun kematian tentu jauh lebih banyak di masyarakat,” tutur dia.

Imunitas

Dicky menambahkan, modal imunitas masyarakat juga semakin membaik, meskipun pemberian dosis kedua belum merata dan vaksinasi booster belum mencapai target.

Ia mengimbau, vaksinasi booster diberikan kepada setidaknya 25 persen dari target sebelum Lebaran 2022.

“Ini belum tercapai sehingga menempatkan kita dalam posisi yang rawan, orang banyak masuk rumah sakit maupun meninggal,” jelas Dicky.

Dicky mengungkapkan, dari beragam situasi tersebut ditambah adanya pelonggaran-pelonggaran yang saat ini dilakukan, seharusnya diikuti dari penguatan aspek lain.

Sebagai contoh KRL yang tidak menerapkan jaga jarak, seharusnya menambah jumlah gerbong, waktu operasi, dikarenakan saat ini situasi belum aman.

“Enggak harus 50 persen kapasitasnya, tapi 80-90 persen itu masih membutuhkan jaga jarak dan pembatasan kapasitas, karena itu padat, sirkulasi udara belum bagus,” jelas Dicky.

Hal ini harus dikoreksi dan tetap harus dijaga demi keamanan dan kesehatan masyarakat.

Sementara terkait dengan shaf shalat yang juga ditiadakan jaga jarak, menurut Dicky, hal ini bisa dilakukan dengan syarat masjid atau tempat ibadah melancarkan sirkulasi udara  seperti ventilasi yang ditambah.

Selain itu, pelaksanaan ibadah tetap harus mengenakan masker, memastikan jemaahnya memenuhi syarat vaksinasi, serta skrining terhadap gejala dan kasus kontak erat.

“Lansia dan punya komorbid wajib banget pakai N95, dan sebaiknya mereka dipastikan juga sudah booster. Syarat vaksin tetap, wajib, (jemaah) dua dosis wajib,” papar dia.

“Bagi lansia dan komorbid booster wajib, kemudian masalah tidak bergejala dan tidak kasus kontak harus diskrining. Sebaiknya yang ibadah ini masuk kategori kecil untuk tertular dan menularkan,” lanjut Dicky.

Adapun terkait dengan pembelajaran tatap muka (PTM), dapat dibuka secara bertahap dan tidak langsung 100 persen.

“Untuk PTM, (SD, SMP, SMA, dan universitas), ketika ada pelonggaran dari berbagai aspek, PTM harus disiapkan dengan mitigasi yang kuat,” ujar Dicky.

Di tengah terus merebaknya varian baru atau varian yang belum terdeteksi agar tidak menyebar, maka diperlukan penguatan protokol kesehatan dan vaksinasi.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/03/15/180000123/situasi-pandemi-di-indonesia-dan-catatan-catatan-epidemiolog

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke