Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penemuan Alat Pacu Jantung Ini Selamatkan Ratusan Ribu Orang di Dunia

KOMPAS.com - Alat pacu jantung merupakan perangkat medis untuk mengembalikan detak jantung. Sejarah mencatat, berkat penemuan alat pacu jantung ini, ratusan ribu orang di dunia dapat selamat dari kematian.

Siapa penemu alat pacu jantung yang telah berjasa itu?

Penemu alat pacu jantung adalah John Alexander Hopps.

Ilmuwan biomedis yang juga digelari sebagai Bapak Teknik Biomedis Kanada ini lahir di sebuah kota di Winnipeg, Kanada, pada tahun 1919.

Alat pacu jantung pertama yang dikembangkannya sempat membuat John Hopps pesimis.

Namun, siapa sangka jika pada akhirnya alat tersebut menjadi salah satu penemuan yang mengubah dunia dan telah berhasil menyelamatkan ratusan ribu orang di seluruh dunia di masa itu.

Dilansir dari CBC, Rabu (22/9/2021), penemuan alat pacu jantung ini berawal dari tahun 1949 saat tim peneliti di Toronto's Banting Institute, Dr. Wilfred G. Bigelow dan asistennya, Dr. John C. Callaghan.

Kedua peneliti ini sedang meneliti apakah "super-cooling" pada tubuh anjing dan menjepit pembuluh darah yang mengalir ke jantung mereka, akan mempermudah operasi jantung terbuka.

Anjing-anjing tersebut dibungkus dengan selimut berpendingin dan menyuntik mereka dengan pentathol yakni obat bius dan curare, yakni kumpulan beberapa senyawa yang dapat menjadi racun, untuk menghentikan mereka dari menggigil.

Namun, ketika didinginkan di bawah suhu tertentu, jantung yang berfungsi sempurna menjadi tidak bergerak karena kurangnya depolarisasi jantung. Keduanya terhalang oleh masalah bagaimana menginduksi kontraksi jantung tersebut selama hipotermia. 

Kemudian mereka meminta John Hopps, seorang lnsinyur listrik, yang dikirimkan oleh Dewan Riset Nasional di Ottawa untuk mengembangkan mesin khusus untuk memulihkan detak jantung, selanjutnya menjadi alat pacu jantung pertama.

John Hopps kebetulan mengamati bahwa impuls listrik akan menyebabkan jantung berkontraksi dan menunjukkan rangsangan berulang, dilansir dari British Columbia Medical Journal.

Ia lalu mengembangkan serangkaian eksperimen untuk menyempurnakan proses ini sebagai stimulasi jantung, bersama dengan peneliti lainnya.

Dengan parameter yang diturunkan dari eksperimen awalnya, Hopps kembali ke Dewan Riset Nasional pada 1950 guna merancang dan membangun prototipe alat pacu jantung pertamanya yang ternyata memberikan kontribusi yang sangat besar dalam dunia medis.

Alat tersebut menyerupai radio meja kecil dengan ukuran sepanjang 30 sentimeter dan menggunakan tabung vakum untuk menghasilkan pulsa yang ditenagai arus listrik rumah tangga.

Selanjutnya, ia mengembangkan elektroda kateter transvenous, yang dapat dilewatkan melalui vena jugularis eksternal dan menghilangkan kebutuhan untuk membuka dada untuk stimulasi jantung.

Pengembangan alat tersebut juga berfungsi untuk menghilangkan keharusan melakukan operasi jantung terbuka guna menstimulasi jantung.

Sampai saat ini, elektroda kateter transvenous yang merupakan bagian dari alat pacu jantung asli tetap digunakan.

Kendati berkat temuan tersebut, Hopps menjadi Bapak Teknik Biomedis yang dihormati di Kanada, ia pernah menganggap penugasannya pada 1949 itu mengganggu proyeknya.

Selama tahun 1940-an, sebelum ia bergabung ke Toronto's Banting Institute, Hopps sedang mempelajari penggunaan pemanasan ulang frekuensi radio untuk proses pasteurisasi bir, di Ottawa.

Itu adalah sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan membunuh organisme merugikan, seperti bakteri, protozoa, kapang dan khamir serta termasuk suatu proses untuk memperlambatkan pertumbuhan mikroba pada makanan.

John Hopps juga turut berperan dalam mendorong penelitian teknologi biomedis, penelitiannya bersama tim juga turut membantu merintis penggunaan ultrasound untuk mendiagnosis dan menjadi alat guna membantu pasien buta.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/23/090100123/penemuan-alat-pacu-jantung-ini-selamatkan-ratusan-ribu-orang-di-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke