Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Vaksinasi Saja Tidak Cukup untuk Hentikan Pandemi Covid-19

Namun demikian, para ilmuwan memperingatkan, bahwa vaksinasi saja tidak cukup untuk menghentikan munculnya varian baru virus corona. Apalagi, hingga saat ini pemberian vaksinasi Covid-19 belum merata dan menyeluruh.

Jumat lalu (30/7/2021), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengubah panduannya terkait penggunaan masker. Sebelumnya di awal tahun, CDC mengatakan bahwa orang-orang yang telah divaksinasi dosis lengkap boleh tidak memakai masker di berbagai situasi.

Namun kini, CDC menarik aturan tersebut dan menyatakan bahwa orang-orang yang telah divaksinasi lengkap harus tetap memakai masker di ruangan tertutup di area dengan transmisi tinggi.

Hal itu karena, orang-orang yang telah divaksin tetap memiliki kemungkinan terinfeksi varian Delta dan bisa menularkannya kepada orang lain.

Senada dengan hal tersebut, sebuah penelitian terbaru juga menyebutkan, semua orang perlu memakai masker dan melakukan langkah lain untuk mencegah penyebaran virus corona sampai hampir semua orang dalam suatu populasi telah divaksinasi.

Melansir CNN, temuan yang telah diterbitkan dalam Nature Scientific Reports ini menemukan, bahwa tingkat vaksinasi yang cepat, akan mengurangi kemungkinan munculnya strain baru yang resisten.

Sebaliknya, ketika intervensi non-farmasi melonggar pada saat sebagian besar individu dalam suatu populasi telah divaksinasi, kemungkinan munculnya strain resisten justru sangat meningkat.

Simon Rella dari Institut Sains dan Teknologi Austria, yang mengerjakan penelitian itu mengatakan, hasil studi mereka menunjukkan, bahwa pembuat kebijakan dan individu harus mempertimbangkan mempertahankan intervensi non-farasi dan perilaku yang dapat menekan penularan selama seluruh periode vaksinasi.

"Ketika kebanyakan orang divaksinasi, galur atau lini yang kebal vaksin memiliki keunggulan dibandingkan galur asli," ujarnya.

"Ini berarti, strain yang resistan terhadap vaksin menyebar ke seluruh populasi lebih cepat pada saat kebanyakan orang divaksinasi," lanjut Rella.

Jangan biarkan upaya vaksinasi Covid-19 sia-sia

Tim peneliti menggunakan model matematika untuk memprediksi perubahan ini, tetapi temuan mereka mengikuti apa yang diketahui tentang epidemiologi virus dan apa yang dikenal sebagai tekanan selektif -- kekuatan yang mendorong organisme apa pun untuk berevolusi.

Temuan menunjukkan, bahwa pembuat kebijakan harus menahan godaan untuk mencabut pembatasan agar upaya vaksinasi tidak sia-sia.

“Ini memang benar, terutama dengan varian yang lebih menular seperti varian Delta,” kata Fyodor Kondrashov, yang juga dari Institut Sains dan Teknologi Austria.

"Umumnya, semakin banyak orang yang terinfeksi, semakin besar kemungkinan munculnya resistensi vaksin. Jadi semakin banyak varian Delta yang menular, tentu semakin banyak alasan untuk khawatir," ungkap Kondrashov.

Kondrasov mengatakan, CDC mungkin sebelumnya tidak memikirkan evolusi varian, tapi orang-orang yang telah divaksinasi Covid-19 juga tidak boleh berpikir bahwa ini adalah usaha yang sia-sia, ketika Anda harus tetap memakai masker setelah divaksinasi.

“Anda harus berpikir bahwa ada strain resisten vaksin yang berkeliaran. Dengan mencegah penyebaran strain virus yang resisten terhadap vaksin, itu berarti Anda mencegah evolusi virus ini,” tegasnya.
Menurut Kondrasov, ada dua alat untuk mencegah virus corona berevolusi. Pertama adalah intervensi non-farmasi, seperti memakai masker dobel, mencuci tangan, dan menjaga jarak sosial. Kedua adalah vaksinasi.

“Dari perspektif evolusi, apa yang diperlukan untuk mengurangi (penyebaran) ini adalah dengan memvaksinasi banyak orang secepat mungkin dan di seluruh dunia," pungkasnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/02/110500123/vaksinasi-saja-tidak-cukup-untuk-hentikan-pandemi-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke