Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kebisingan dan Sampah Laut Ancam Populasi Mamalia Laut, Kok Bisa?

Mamalia laut memberikan sumbangan ekologis yang sangat penting bagi ekosistem di bumi dan manusia, yang memanfaatkan atau berasosiasi dengan hewan-hewan tersebut.

Staf Ahli Menteri (SAM) Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut (ESDL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Pamuji Lestari mengatakan, menjaga kelestarian mamalia laut menjadi hal yang sangat penting untuk kita lakukan.

"Sehatnya mamalia laut juga mencerminkan sehatnya lautan," kata Pamuji dalam diskusi daring internasional bertajuk Seminar on Marine Mammals Threats: Marine Debris and Ocean Noise, Rabu (30/6/2021).

Sebagian besar mamalia laut merupakan biota yang bermigrasi lintas negara dan mengalami ancaman global di perairan negara, yang menjadi negara jangkauan (range states) mamalia laut. 

Pamuji menyebutkan, selain faktor alam berupa fenomena oseanografi sebagai penyebab mamalia laut terdampar, ancaman global lainnya juga bisa disebabkan oleh aktivitas manusia (man-made impact).

Di antaranya seperti kegiatan seismik bawah laut dan pencemaran perairan yang diketahui sebagai salah satu penyebab banyaknya mamalia laut terdampar dan mengalami kematian di berbagai negara.

"Oleh sebab itu, untuk memperdalam pemahaman atas persoalan dan ancaman terhadap mamalia laut khususnya sampah laut (marine debris), kebisingan laut (ocean noise), dan by cacth, KKP didukung WWF Indonesia mengupas lebih dalam persoalan ini bersama pakar dari beberapa negara yang kompeten di bidangnya,” ujarnya.

Kebisingan dan sampah ancam mamalia laut

Gangguan terhadap populasi mamalia laut dan predator utama lainnya, menyebabkan pergeseran dominasi predator utama yang pada akhirnya menyebabkan terganggunya rantai makanan.

Mamalia laut mendapat berbagai ancaman, terutama dari sisi antropogenik antara lain pemanasan global, alat tangkap ikan, sampah laut (marine debris) dan kebisingan laut (ocean noise).

Namun, ada dua ancaman yang menjadi fokus besar dalam diskusi tersebut, yaitu kebisingan laut dan sampah laut.

1. Kebisingan bawah laut (ocean noise)

Kegiatan seismik bawah laut bisa menganggu mamalia laut, karena mereka merupakan hewan yang sangat baik dalam hal pendengaran di dalam air.

Sehingga, Direktur Apex Environmental, Benjamin Kahn mengatakan bahwa ocean noise (kebisingan di laut) merupakan salah satu hal yang dapat mengganggu mereka.

Menurut Benjamin, beberapa hal yang menjadi sumber ocean noise antara lain pelayaran dan pelatihan militer.

Sebagai negara kepulauan, jumlah pelayaran per hari di Indonesia cukup tinggi.

"Jalur pelayaran kapal seringkali bersinggungan dengan koridor mamalia laut. Kegiatan survei seismik juga menyumbang kebisingan laut," jelas Benjamin.

Selain aktivitas pelayaran, pelatihan militer di lautan juga berpengaruh dan menjadi ancaman bagi populasi mamalia laut ini.

"Sumber kebisingan laut lainnya adalah pelatihan militer yang menggunakan senjata dengan suara yang besar," tuturnya.


2. Sampah laut (marine debris)

Tidak hanya kebisingan laut atau ocean noise, faktor antropogenik selanjutnya yang mengganggu mamalia laut adalah adanya sampah laut.

Indonesia diklaim sebagai negara dengan sampah laut terbesar ke-3 di dunia. 

Sampah plastik sangat mengancam mamalia laut, karena perut mamalia laut dapat mengakumulasi sampah tersebut. 

Tidak hanya mamalia laut, sampah plastik juga mengancam penyu dan hewan laut lainnya.

“Sampah laut menjadi permasalahan yang mendesak saat ini dan perlu segera ditangani, karena memberi dampak negatif pada ekosistem laut, mamalia laut, dan kesehatan manusia,” ujar Pamuji.

Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Hendra Yusran Siry menegaskan, Indonesia telah berkomitmen mengurangi 70 persen sampah plastik yang masuk ke laut pada tahun 2025.

Untuk mencapai komitmen ini, pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut yang memuat rencana aksi strategis menangani sampah laut dari tahun 2018-2025.

KKP melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP) Nomor: 79/2018 juga telah menetapkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Mamalia Laut 2018-2022, yang memuat strategi, kegiatan, indikator, output, lokasi, waktu, penanggungjawab dan unit kerja terkait dalam pelaksanaan upaya konservasi mamalia laut di Indonesia.

“RAN Konservasi ini diharapkan menjadi rujukan nasional dalam upaya pelestarian dan penyelamatan mamalia laut di Indonesia, sehingga pelaksanaannya lebih sistematis dan terukur, khususnya dalam mengurangi ancaman terhadap mamalia laut," jelas Hendra.

Ketua Badan Pengurus Yayasan WWF Indonesia, Alexander Rusli menyampaikan, bahwa Pemerintah Indonesia memiliki strategi yang sangat tepat untuk konservasi mega fauna laut yang tidak mengenal yurisdiksi dan batasan keilmuan. 

Menurutnya, kolaborasi internasional seperti tercermin dalam seminar ini adalah satu upaya KKP yang sangat didukung oleh WWF Indonesia.

“WWF Indonesia bersama berbagai mitra mendukung upaya konservasi mamalia laut ini melalui kegiatan monitoring dan penanganan satwa laut terdampar serta upaya pengurangan polusi sampah plastik di laut".

"Kami menghargai KKP yang membuka diri untuk bekerjasama di tingkat nasional dengan kami dan berbagai organisasi yang ada,” ucap Rusli.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/01/191500423/kebisingan-dan-sampah-laut-ancam-populasi-mamalia-laut-kok-bisa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke