Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Faktor Penting dalam Pemantauan Hilal, Penentu Awal Ramadhan

Seperti telah diberitakan Kompas.com sebelumnya (22/4/2021), astronom amatir Marufin Sudibyo menjelaskan bahwa hilal adalah bulan sabit tertipis yang berkedudukan rendah di atas cakrawala langit barat, dan sudah diamati tepat selepas terbenamnya Matahari.

“Jadi terbenamnya Matahari menjadi patokan. Hilal menjadi penentu bagi awal bulan kalender Hijriyyah karena sifatnya," kata Marufin kepada Kompas.com.

Untuk memantau hilal tahun ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebar pengamatan hilal di 21 titik di seluruh Indonesia.

“Dari BMKG Pusat, satu di Kebumen dan satu di Ancol,” kata Kepala Subbidang Analis Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Dr. Suaidi Ahadi, ST, MT saat dihubungi Kompas.com, Senin (12/4/2021).

Suaidi menjelaskan, secara ilmu pengetahuuan, hilal tidak mungkin terlihat di bawah 5 derajat. Karena, jika di bawah lima derajat, cahaya matahari saat terbenam akan mengalahkan cahaya hilal.

“Cahaya matahari terbenam antara horizon cahaya bumi dan gelap kan tipis sekali, jadi kalau cahaya matahari lebih terang, hilal tidak begitu tampak,” jelasnya.

Ia juga menyebutkan, tinggi hilal yang terlihat dari Jakarta sore tadi adalah tiga derajat 33 menit 54 detik.

Lebih lanjut Suaidi mengatakan, setidaknya ada empat faktor yang perlu diperhatikan dalam pemantauan hilal. Berikut di antaranya:

1. Tinggi bulan

Tinggi bulan harus di atas nol derajat. Tinggi bulan ini dilihat dari piringan luar matahari sampai ke bulan.

“Tapi kalau MABIMS standarnya harus di atas 2 derajat,” ujarnya.

2. Umur bulan

Biasanya umur bulan yang sudah di atas 10 jam, membuat hilal lebih mudah terlihat. Sementara, jika umur bulan masih 8 jam, kecerlangannya masih agak redup.

“Kalau bulannya sudah cukup tua, hilal akan lebih terlihat.”

3. Lag time

“Waktu di mana bulan sampai terbenam. Bulan kan mengikuti matahari terbenam. Saat ini lag timenya 17 menit dari matahari terbenam,” kata Suaidi.

4. Elongasi

Elongasi adalah jarak sudut antara pusat piringan bulan dan pusat pirngan matahari. Ini biasanya untuk pengamatan dari permukaan.

“Jadi makin jauh jarak bulan ke matahari akan semakin mudah terlihat. Nah, ini agak sulit untuk terlihat di Jakarta,” ujarnya.

Ia menambahkan, secara perhitungan saat ini, posisi hilal sudah berada di tiga derajat. Sehingga, sudah sesuai dengan keriteria hisab hilal di atas nol derajat dan keriteria MABIMS di atas dua derajat.

Suaidi juga menekankan, perhitungan astronomi atau benda langit sudah selesai dengan tingkat akurasi 99.99 persen sejak tahun 1900-an. Sehingga, seharusnya memang tidak ada masalah dalam perhitungan hilal.

“Mulai dari cara menghitungnya, kalibrasinya, semua sudah tuntas. Kalibrasi ini penting, karena alam kan bergerak,” pungkasnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/04/12/193446223/4-faktor-penting-dalam-pemantauan-hilal-penentu-awal-ramadhan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke