Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Fakta Meteor Jatuh di Sulawesi, Paling Terang hingga Bukan Asteroid

KOMPAS.com- Peristiwa sebuah meteor jatuh tertangkap layar kamera oleh warga di Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah pada pukul 21.20 WITA, Selasa (16/3/20210).

Fenomena meteor jatuh di Sulawesi Tengah ini membuat heboh warga setempat, karena menimbulkan suara dentuman yang cukup kuat disertai kilatan cahaya yang bersinar sangat terang, layaknya siang hari.

Berikut beberapa fakta yang diketahui mengenai fenomena meteor jatuh Banggai, Sulawesi Tengah ini:

1. Bukan gempa

Tidak seperti suara dentuman-dentuman keras yang sempat menghebohkan masyarakat Indonesia juga beberapa waktu yang lalu.

Suara dentuman keras kali ini dipastikan memang tidak berasal dari adanya guncangan pergerakan tanah atau gempa bumi yang terjadi pada saat kejadian.

Hal ini juga selaras dengan tanggapan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang tidak melihat adanya gempa yang terjadi di wilayah tersebut.

"Sensor seismik BMKG di Luwuk, tidak mencatat adanya anomali gelombang seismik saat masyarakat Pagimana Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, melaporkan adanya lintasan meteor," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, seperti dikutip Kompas.com dari akun twitter pribadinya, menanggapi fenomena meteor jatuh.

2. Asli meteoroid

Astronom Amatir Indonesia Marufin Sudibyo membenarkan bahwa itu merupakan penampakan benda jatuh itu, yakni meteoroid.

"Betul itu merupakan kejadian masuknya meteoroid ke atmosfer Bumi," kata Marufin kepada Kompas.com, Rabu (17/3/2021).

Meteoroid adalah benda luar angkasa natural yang berasal dari kepingan-kepingan asteroid, remah-remah komet atau fragmen batuan Bulan atau Mars yang terlempar ke langit dalam tumbukan dahsyat masa silam.

3. Meteor yang sangat terang (boloid)

Menurut dia, fenomena kali ini menjadi fenomena meteor jatuh di Banggai, Sulawesi Selatan itu sangat terang atau boloid (bolide), karena pada puncaknya sempat seterang Bulan purnama, secara kasar.

"Makanya kejadian langit ini bisa disebut Peristiwa Banggai atau Peristiwa Pagimana (lokasi dimana kejadian tersebut terekam)," ujarnya.

Sehingga, peristiwa ini hampir sama seperti kejadian dentuman kuat yang disertai kilatan cahaya di Bali pada Minggu (24/1/2021).

Saat memasuki Bumi, sebenarnya meteor biasa bersifat redup (magnitudo kurang dari –4, berasal dari meteoroid seukuran debu hingga butir–butir pasir.

Sementara meteor terang menyamai cemerlangnya Venus hingga Bulan perbani (magnitudo –4 hingga –8), membuatnya bisa dilihat di siang bolong. Meteor jatuh ini berasal dari meteoroid seukuran kerikil hingga bola basket. 

Dan meteoroid–meteoroid yang lebih besar akan menghasilkan boloid (magnitudo lebih dari –8).

Boloid sangat terang hingga mudah dilihat di siang bolong dan ketampakannya kerap diikuti suara dentuman. 

Pada boloid yang lebih terang dari Bulan purnama (magnitudo –12), sekitar seperseribu hingga seperseratus dari massa meteoroidnya akan tetap tersisa dan mendarat di paras Bumi sebagai meteorit.

Selain menghasilkan kilatan cahaya sangat terang (meski hanya sesaat), boloid juga dikenali dengan kemampuannya membentuk ketampakan awan lurus noktilusen yang bisa bertahan hingga lebih dari sejam.

Awan noktilusen merupakan awan sangat tinggi (non troposferik) yang muncul pada ketinggian lebih dari 30 km.

Untuk diketahui, secara rata-rata ada sekitar 44 ton meteoroid memasuki atmosfer Bumi setiap harinya. Dari meteor sebanyak itu, rata-rata 17 diantaranya adalah boloid yang bisa memproduksi meteorit.

4. Bukan asteroid lewat dekat Bumi

Di Bulan Maret 2021 ini sendiri, ada beberapa asteroid yang diprakirakan akan lewat dekat Bumi.

Di antaranya adalah Asteroid 1999 RM45 (2 Maret 2021), Asteroid 99942 Apophis (2004 MN4) (6 Maret 2021), di mana kedua asteroid ini sudah selesai lewat dekat Bumi. 

Serta, Asteroid 23197 (2001 FO32) yang dikatakan berdiameter sekitar 914 meter dan setinggi 3 kali menara Eiffel, diprediksi akan melintasi dekat Bumi pada 21 Maret 2021 mendatang.

"Sejauh ini tidak ada kaitannya (asteroid lewat dekat Bumi dan meteoroid jatuh di Sulawesi)," kata dia.

Sebab, kata Marufin, orbitnya memiliki tipe yang berbeda dan pengujian asosiasi antara prakiraan orbit meteor jatuh di Banggai, Sulawesi Tengah dengan asteroid 2001 FO3 menunjukkan tidak ada hubungan antar keduanya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/03/18/080200923/4-fakta-meteor-jatuh-di-sulawesi-paling-terang-hingga-bukan-asteroid

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke