Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[POPULER SAINS] Timbunan Sampah di Bulan | Cara Varian N439K Lebih Menular dan Kebal Vaksin Covid-19

KOMPAS.com - Tak hanya Bumi, Bulan juga memiliki banyak sampah. Bedanya, sampah yang ada di Bulan adalah lusinan puing-puing sampah luar angkasa yang ditinggalkan atau dikirim manusia ke sana.

Temuan timbunan sampah di Bulan adalah salah satu berita populer Sains Kompas.com edisi Sabtu, 13 Maret 2021.

Selain sampah di bulan, berita populer lainnya adalah alasan di balik varian baru Covid-19 N439K yang lebih menular dan kebal vaksin hingga bisakah kita tertular virus corona dari makanan.

Berikut ulasan berita Populer Sains yang patut Anda simak:

1. Penjelasan NASA banyak sampah di Bulan

Timbunan sampah luar angkasa yang ada di Bulan adalah benda-benda yang berasal dari Bumi, baik itu yang sengaja ditinggalkan atau dikirim manusia ke satelit kita,

Sejauh ini, sampah yang ada di bulan mungkin beratnya sekitar 400 ribu pon atau setara dengan bobot 181.000 kilogram di Bumi.

Sejarawan NASA, William Barry berpendapat, perkiraan jumlah sampah tersebut kedengarannya masuk akal.

Sebab, terdapat beberapa artefak berat, seperti lima kendaraan penjelajah Bulan yang masih ada di sana.

Barry mengatakan memang sebagian besar sampah antariksa di Bulan ini ditinggalkan oleh astronot NASA yang mendarat di permukaan bulan antara tahun 1969 dan 1972 selama program misi Apollo.

"Sedangkan sampah lainnya berasal dari misi tanpa awak dari badan penjelajah ruang angkasa, termasuk dari Amerika Serikat, Rusia, Jepang, India dan Eropa," kata Barry dilansir Live Science, Jumat (2/3/2018).

Bulan juga merupakan rumah bagi pengorbit bulan yang memetakan medannya sebelum menabrak permukaannya dan menambah tumpukan sampah.

Lebih lanjut Barry mengatakan bahwa peralatan lainnya yang masih bekerja di Bulan juga telah membantu ilmuwan belajar tentang satelit alami Bumi ini.

Baca penjelasan Barry selengkapnya di sini:

Bukan Hanya Bumi di Bulan juga Banyak Sampah, Ini Penjelasan NASA

2. Cara varian virus corona N439K lebih menular dan kebal vaksin

Ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo, mengatakan bahwa varian baru virus corona N439K relatif lebih mudah menular dan ada kemungkinan bisa lolos (kebal) dari antibodi vaksin Covid-19 yang ada saat ini.

"Ada kemungkinan varian ini (N439K) ini bisa lolos dari sebagian antibodi paska vaksin, maka pemerintah perlu perkuat kontak telusur yaitu T kedua (tracing) dari 3T," kata Ahmad kepada Kompas.com, Jumat (12/3/2021).

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Cell pernah mengungkapkan detail unik dari mutasi N493K yang membuatnya jadi lebih pintar.

Dilansir dari EurekAlert.org, Kamis (28/1/2021), para peneliti internasional dalam studi tersebut menyebutkan bahwa di antara banyaknya mutasi yang saat ini menjadi sorotan para ahli, mutasi N439K adalah mutasi paling umum kedua di bagian receptor binding domain (RBD).

Hasil analisis struktural terhadap mutasi ini menunjukkan bahwa ia memiliki interaksi tambahan antara virus dengan reseptor ACE2.

Untuk diketahui, RBD adalah bagian penting dari virus yang terletak di domain "spike" yang memungkinkannya berlabuh ke reseptor tubuh ACE2 untuk masuk ke dalam sel dan menyebabkan infeksi.

Para peneliti memaparkan, perubahan asam amino tunggal (asparagin menjadi lisin) memungkinkan pembentukan titik kontak baru dengan reseptor ACE2, sejalan dengan peningkatan dua kali lipat dalam afinitas pengikatan.

"Oleh karena itu, mutasi meningkatkan interaksi dengan reseptor virus ACE2, dan menghindari imunitas yang dimediasi oleh antibodi," lanjut mereka.

Baca penjelasan lengkap ahli di sini:

Cara Varian Baru Corona N439K Jadi Lebih Menular dan Kebal Vaksin Covid-19

3. Bisakah tertular Covid-19 dari makanan?

Jika penularan virus corona bisa ditularkan melalui droplet dari orang yang terinfeksi, baik berbicara, batuk atau bersin, maka apakah bisakah makanan bisa juga tularkan Covid-19?

Droplets yang mengandung virus juga bisa mendarat di berbagai permukaan.

Meskipun lebih jarang, virus corona juga dapat ditularkan melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh hidung, mulut, atau mata Anda.

Karena itu, muncul kekhawatiran penularan Covid-19 dari makanan atau kemasan makanan yang dibeli baik di restoran maupun supermarket.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, risiko terjadinya penularan Covid-19 melalui makanan ini sebenarnya sangat rendah.

Baca artikel lengkapnya di sini:

Bisakah Tertular Covid-19 dari Makanan? Ini Cara Menanganinya

4. Hiu Paus bisa tumbuhkan sirip usai terluka

Sebuah studi baru berhasil mengungkap jika hiu paus mampu sembuhkan luka dan cedera yang dialaminya dalam waktu yang relatif cepat.

Temuan lainnya termasuk kemampuan satwa laut ini menumbuhkan sebagian sirip punggung mereka kembali.

Temuan yang dipublikasikan di jurnal Conservation Physiology ini menyebut bahwa intensitas hiu paus mengalami tabrakan dengan perahu, saat ini makin meningkat seiring bertambahnya lalu lintas kapal.

Akibatnya, hiu dengan ukuran tubuh yang dapat mencapai hingga 18 meter itu pun seringkali mengalami luka robekan maupun lecet.

Kendati demikian, selama ini tak banyak yang mengetahui dampak dari cedera tersebut dan bagaimana mereka dapat pulih dari luka tersebut.

"Temuan dasar tersebut memberi kami pemahaman awal tentang penyembuhan luka pada spesies (hiu paus) ini," ungkap Freya Womersley, penulis utama studi dan juga mahasiswa PhD dari University of Southampton yang berbasis di Marine Biological Association di Inggris, seperti dikutip dari Science Daily, Jumat (12/3/2021).

Baca temuan baru tentang hiu paus di sini:

Temuan Baru, Hiu Paus Sembuhkan Luka dan Tumbuhkan Siripnya Lagi Usai Cedera

https://www.kompas.com/sains/read/2021/03/14/100000423/-populer-sains-timbunan-sampah-di-bulan-cara-varian-n439k-lebih-menular

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke