Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[POPULER SAINS] WHO: Covid-19 Bakal Jadi Endemik | Sukses Turunkan BB

KOMPAS.com - Peringatan WHO bahwa pandemi Covid-19 bakal jadi endemik menjadi salah satu berita populer Sains edisi Minggu, 28 Februari 2021.

Hal ini sebenarnya sudah disampaikan WHO pada Desember 2020 lalu. Tepatnya dalam pertemuan terakhir WHO dengan WHO di tahun 2020.

Covid-19 jadi endemik maksudnya penyakit ini akan terus hidup berdampingan dengan manusia selama beberapa tahun atau puluhan tahun.

Berita populer lainnya adalah tentang rambut rontok yang menjadi gejala long Covid-19 parah hingga faktor yang menentukan sukses tidaknya penurunan berat badan.

Berikut berita populer Sains edisi akhir pekan yang layak Anda simak.

1. WHO peringatkan Covid-19 bakal jadi endemik

Pada akhir tahun 2020, pakar Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) mengatakan bahwa, pandemi Covid-19 ini bisa menjadi endemik.

WHO menyatakan, meski pandemi virus corona yang kita hadapi saat ini sangat parah, fenomena ini belum tentu yang besar.

Oleh sebab itu, WHO mengingatkan agar dunia bisa belajar untuk hidup berdampingan dengan Covid-19.

"Virus (corona) ditakdirkan akan menjadi endemik. Bahkan saat vaksin mulai diluncurkan," kata Profesor David Heymann, ketua kelompok penasihat strategi dan teknis WHO untuk bahaya infeksi.

Dalam prediksi WHO, virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 akan seperti 4 virus corona lain yang menginfeksi manusia.

Endemik maksudnya kita akan hidup berdampingan dengan virus corona penyebab Covid-19 hingga beberapa tahun atau puluhan tahun. Virus akan terus bermutasi.

“Kita hidup dalam masyarakat global yang semakin kompleks. Ancaman ini akan terus berlanjut. Jika ada satu hal yang perlu kita pelajari dari pandemi ini, dengan semua tragedi dan kehilangan,kita perlu bertindak bersama. Kita perlu melakukan tindakan yang lebih baik setiap hari,” kata Heymann.

Kepala ilmuwan WHO, Dr Soumya Swaminathan menambahkan, pelaksanaan vaksinasi Covid-19 tidak berarti menghentikan protokol kesehatan seperti jaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan di masa depan.

Swaminathan berkata, peran pertama dari vaksin adalah untuk mencegah penyakit simptomatik, penyakit parah, dan kematian.

Berikut artikel selengkapnya tentang peringatan WHO:

WHO Peringatkan, Pandemi Covid-19 Kemungkinan Besar Bakal Jadi Endemik

2. Rambut rontok jadi gejala baru Long Covid-19 parah

Hingga kini para ilmuwan masih terus mempelajari Covid-19, sehingga banyak hal dari Covid-19 masih terus berkembang.

Temuan terbaru saat ini menunjukkan, kerontokan rambut tampaknya menjadi salah satu efek jangka panjang yang umum pada pasien yang menderita Covid-19 parah yang memerlukan rawat inap.

Melansir IFL Science, temuan yang dipublikasikan di The Lancet ini, juga menunjukkan bahwa wanita mungkin berisiko lebih besar menderita dampak jangka panjang Covid-19.

Penelitian sebelumnya menemukan, 1 dari 10 orang mengalami efek Covid-19 yang terus-menerus hingga tiga bulan setelah infeksi Covid-19 mereka berlalu.

Temuan terbaru juga menyebutkan, bahwa kelelahan, sesak napas, pusing, dan nyeri sendi merupakan gejala long Covid.

Baca selengkapnya tentang gejala Long Covid di sini:

Rambut Rontok Menambah Daftar Gejala Long Covid pada Pasien Covid-19 Parah

Millen Cyrus kembali diamankan polisi karena penyalahgunaan narkoba.

Setelah menjalani tes urine, Millen kedapatan positif mengonsumsi narkoba jenis Benzo.

Dilansir WebMD, benzo merupakan istilah yang merujuk pada obat benzodiazepin, yakni sejenis obat penenang.

Benzodiazepin bekerja pada sistem saraf pusat, menghasilkan sedasi dan relaksasi otot, dan menurunkan tingkat kecemasan.
Namun ketika orang mengonsumsi obat ini tanpa resep dan menggunakannya untuk efek penenang, penggunaannya berubah menjadi penyalahgunaan.

Dari 2.000 lebih jenis obat benzodiazepine, hanya sekitar 15 jenis yang disetujui penggunaannya oleh Food and Drug Administration (FDA) AS.

Baca selengkapnya tentang penyalahgunaan benzo di sini:

Millen Cyrus Ditangkap karena Penyalahgunaan Benzo, Obat Apa Itu?

4. Parameter sukset tidaknya diet menurunkan berat badan

Menurut Dokter Kedokteran Olahraga, dr. Michael Triangto, Sp.KO, penurunan berat badan bukan parameter terpenting dalam proses penurunan berat badan.

“Berat badan hanya salah satu dari sekian banyak parameter. Bukan acuan keberhasilan program penurunan berat badan,” ujar dr. Michael dalam video yang diunggah di akun Instragramnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, berat badan yang turun bisa terjadi akibat kehilangan cairan, kehilangan massa otot atau bahkan karena program diet yang dilakukan dalam jangka waktu panjang.

Itu sebabnya, saat ingin menurunkan berat badan, ada banyak parameter yang harus digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan program penurunan berat badan yang dijalani.

“Bukan hanya berat badan yang harus diukur, tapi juga lingkar perut, lingkar paha, lingkar lengan. Seorang dokter juga dapat melakukan pengukuran tebal lemak dengan alat skinfold caliper,” jelasnya.

Dr. Michael juga mengatakan, pengukuran tersebut tak selalu harus dilakukan oleh dokter, masyarakat bisa melakukan pengukuran mandiri dengan alat body fat analyzer.

Baca selengkapnya di sini:

Selain Berat Badan, Ini Parameter Lain yang Menentukan Sukses Tidaknya Penurunan Berat Badan

https://www.kompas.com/sains/read/2021/03/01/090300123/populer-sains-who-covid-19-bakal-jadi-endemik-sukses-turunkan-bb

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke