Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kasus Covid-19 Global Tembus 60 Juta, Bagaimana Islandia Kendalikan Virus Corona dengan Sains?

KOMPAS.com- Infeksi Covid-19 secara global telah menembus angka lebih dari 60 juta kasus. Namun, ada yang menarik dari pengendalian Covid-19 di Islandia.

Sains dan studi ilmiah menjadi bagian penting yang selalu melandasi setiap upaya pengendalian pandemi tersebut di negara kepulauan kecil tersebut.

Lantas, apa yang bisa kita pelajari dari Islandia dalam memanfaatkan sains untuk mengendalikan Covid-19?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat mengumumkan bahwa sekitar 3,4 persen orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 akan meninggal, dengan tingkat kematian yang sangat tinggi, sekitar 30 kali lebih besar dibandingkan saat influenza musiman.

Masalahnya, perkiraan itu didasarkan pada kasus Covid-19 yang dilaporkan dan bukan semua kasus, termasuk infeksi ringan dan asimtomatik.

Informasi yang diterima pendiri dan kepala eksekutif genetika deCODE, sebuah perusahaan genomik manusia di Reykjavik, Kári Stefánsson memberinya pertanyaan mengganjal.

"Saya tidak tahu bagaimana mereka dapat menghitungnya tanpa mengetahui penyebaran virus," kenang Stefánsson seperti dikutip dari Nature, Kamis (26/11/2020).

Stefánsson meyakini bahwa memahami epidemi, dan melindungi orang-orang Islandia dari Covid-19, akan membutuhkan respons ilmiah yang luas.

Selama 9 bulan berikutnya, deCODE dan Direktorat Kesehatan Islandia, badan pemerintah yang mengawasi layanan perawatan kesehatan, bekerja bahu membahu, berbagi ide, data, ruang laboratorium, dan staf.

Kemitraan yang tinggi dibangun untuk bersama menghadapi pandemi yang mulai memasuki Islandia. Respons cepat yang dilakukan negara kepulauan kecil ini dinilai patut ditiru, sebab mengetahui hampir setiap gerakan yang telah dilakukan virus corona.

Tim telah melacak kesehatan setiap orang yang dites positif terinfeksi virus SARS-CoV-2. Bahkan, mereka mengurutkan materi genetik dari setiap isolat virus dan menyaring infeksi lebih dari setengah populasi 368.000 penduduk di pulau itu.

Analisis terhadap sejumlah data yang dikumpulkan bahkan dilakukan peneliti hingga larut malam yang hasilnya mengarah pada beberapa wawasan paling awal tentang bagaimana virus corona menyebar ke seluruh populasi.

Data menunjukkan, misalnya, pada hampir setengah orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala. Selain itu, data yang dihasilkan juga menunjukkan bahwa anak-anak jauh lebih kecil kemungkinan untuk menjadi sakit daripada orang dewasa.

Bahkan, analisis data yang direspons secara cepat berdasarkan sains, menunjukkan gejala-gejala umum Covid-19.

"Kegiatan ilmiah telah menjadi bagian besar dari keseluruhan proses," kata Runolfur Palsson, direktur layanan penyakit dalam di Landspitali Rumah Sakit Universitas Nasional Islandia.

Dalam pengendalian Covid-19, para peneliti deCODE dan rumah sakit bekerja setiap hari untuk mengumpulkan dan menafsirkan data.

Ilmu pengetahuan yang menjadi landasan penting dalam penanganan Covid-19 di Islandia telah dikreditkan dengan mencegah kematian.

Islandia melaporkan kematian Covid-19 terjadi pada kurang dari 7 per 100.000 orang, dibandingkan dengan yang terjadi di Amerika Serikat dan Inggris dengan perbandingan 80 per 100.000 orang.

Menariknya lagi, Islandia juga berhasil mencegah wabah sambil tetap membuka perbatasan, menyambut turis dari 45 negara sejak pertengahan Juni.

Ketika gelombang besar kedua dari infeksi Covid-19 mulai kembali mengancam, kemitraan dari peneliti, pemerintah hingga seluruh pihak semakin solid dalam menghadapinya.

Bersiap sebelum Covid-19 sampai Islandia

Covid-19 bukanlah pandemi pertama yang mencapai pantai Islandia. Pada Oktober 1918, dua kapal yang membawa pandemi influenza juga pernah berlabuh di pelabuhan pusat kota Reykjavik. Hanya dalam 6 minggu, dua pertiga penduduk ibukota terinfeksi.

Satu abad kemudian, pemerintah Islandia telah lebih siap, memberlakukan rencana kesiapsiagaan pandemi nasional pada awal Januari, dua bulan sebelum Covid-19 sampai di negara ini.

"Kami memutuskan sejak awal kami akan menggunakan isolasi, karantina dan pelacakan kontak," kata Pórólfur Gudnason, kepala ahli epidemiologi di Direktorat Kesehatan.

Bahkan, sebagai bagian dari rencana, laboratorium mikrobiologi di rumah sakit di universitas setempat mulai melakukan tes Covid-19 pada warga Islandia pada awal Februari.

Pada 28 Februari, seorang pria yang kembali dari liburan ski di timur laut Italia dinyatakan positif virus corona.

Dalam sepekan, dari 1 kasus menjadi 47 kasus. Petugas kesehatan mulai memesan ratusan alat tes per hari, bahkan di tengah kondisi tersebut salah satu mesin untuk memurnikan dan mengisolasi RNA mengalami kerusakan, akibat penggunaan yang berlebihan.

"Kami tidak dapat menangani semua spesimen yang masuk," kenang Karl Kristinsson, kepala mikrobiologi rumah sakit universitas.

Pada pertengahan Maret, deCODE mulai menyaring masyarakat umum dan dapat dengan cepat mengambil alih sebagian besar pengujian Covid-19 di rumah sakit.

Perusahaan ini menggunakan kembali pusat fenotipe besar yang telah digunakan untuk mempelajari genetika orang Islandia selama lebih dari dua dekade menjadi pusat pengujian Covid-19.

Tes deteksi Covid-19 menjadi dasar penting dalam upaya pengendalian pandemi di Islandia. Para peneliti meningkatkan kemampuan tes, dengan memberi kemudahan akses masyarakat.

"Sekarang kami memiliki kapasitas untuk sekitar 5.000 sampel per hari," kata Kristinsson.

Semua data dicatat dalam sistem rekam medis elektronik nasional. Sekelompok tim ilmuwan klinis di rumah sakit tersebut menciptakan sistem pengumpulan pada pertengahan Maret dengan mempertimbangkan sains.

Pelacakan pada orang tanpa gejala

Menguji orang yang membawa Covid-19 tetapi tanpa menunjukkan gejala adalah pekerjaan yang tidak mudah. 

Namun, dengan menguji populasi umum di Islandia, deCODE dapat melacak virus pada orang dengan gejala ringan atau tanpa gejala. Dari 9.199 orang yang direkrut untuk skrining populasi antara 13 Maret dan 4 April, 13,3 persen dinyatakan positif virus corona.

Dari kelompok yang terinfeksi tersebut, 43 persen melaporkan tidak ada gejala pada saat pengujian.

"Studi ini adalah yang pertama memberikan bukti berkualitas tinggi bahwa infeksi Covid-19 seringkali tidak menunjukkan gejala," kata Jade Benjamin-Chung, ahli epidemiologi di University of California, Berkeley.

Benjamin-Chung kemudian menggunakan data ilmiah Islandia ini untuk memperkirakan tingkat infeksi SARS-CoV-2 di Amerika Serikat.

"Itu adalah satu-satunya studi yang kami ketahui pada saat itu yang melakukan pengujian berbasis populasi dalam sampel besar," imbuh dia.

Tim ilmuwan di deCODE juga menganalisis materi genetik virus dari setiap kasus positif, dan menggunakan sidik jari untuk melacak dari mana asal setiap strain virus dan bagaimana penyebarannya.

Tak berhenti meneliti bagaimana potensi penularan, pelacakan hingga gejala yang ditimbulkan dari infeksi virus SARS-CoV-2. Para ilmuwan Islandia juga masih terus bekerja berdasarkan sains dalam menyelidiki respons imun dan sejumlah studi lainnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/26/173000723/kasus-covid-19-global-tembus-60-juta-bagaimana-islandia-kendalikan-virus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke