Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tes Covid-19 Berbasis AI, Ahli Sebut Tak Bisa Gantikan Metode saat Ini

KOMPAS.com - Memperbanyak tes Covid-19 untuk mengantisipasi penularan virus adalah salah satu langkah utama dalam menangani pandemi global saat ini.

Bahkan, sebuah terobosan uji infeksi virus corona semakin canggih dengan digunakannya teknologi Artificial Intelligence (AI).

Dilansir dari ABC, Minggu (13/9/2020), tes Covid-19 ini hanya dilakukan selama 20 detik dengan menggunakan kamera dan mikroskop untuk menentukan apakah seseorang memiliki virus atau tidak.

Kendati merupakan suatu terbosan, namun para ahli mengatakan tes tersebut bukan berarti dapat menggantikan metode tes virus corona yang digunakan saat ini.

Teknologi tes Covid-19 berbasis kecerdasan buatan atau AI, dikembangkan di Inggris oleh sebuah konsorsium yang dipimpin perusahaan dari negara tersebut yang khusus mengembangkan AI.

Teknologi tersebut bahkan telah diuji di Bandara Heathrow dan saat ini perusahaan asal Australia, KeyOptions telah mendapatkan hal untuk melakukan tes Covid-19 berbasis AI di negara tersebut.

Perwakilan KeyOptions Gavin Milton-White mengatakan tes Covid-19 tersebut dilakukan dengan mengambil sampel air liur dan memprosesnya melalui mesin yang didukung oleh perangkat lunak AI guna melihat adanya virus corona atau tidak.

"Dengan menggunakan mikroskop holografik, alat ini mampu melihat secara fisik struktur sel sampel," katanya kepada ABC Radio Brisbane.

Milton-White menambahkan alat ini juga dapat melihat seperti apa sel dari virus penyebab Covid-19 dan dapat menentukan apakah sampel orang tersebut terinfeksi atau tidak.

"Serangkaian kamera dan mikroskop mampu melakukan analisis struktur sel berukuran nano. Sel Covid-19 memiliki tanda yang spesifik dan dapat diidentifikasi," jelas dia.

Kekhawatiran ahli pada tes Covid-19 AI

Direktur penyakit menular di Mater Hospital, Profesor Paul Griffin tak menampik jika teknologi AI yang disematkan pada perangkat tes Covid-19 ini adalah suatu terobosan yang baik.

Namun, Dr Griffin memiliki beberapa kekhawatiran terhadap perangkat tes tersebut.

"Rapid test pastinya akan membuat perbedaan besar pada kemampuan kita pada keterbatasan. Tapi sayangnya ketika kami mencari tes yang minim invasif dan lebih cepat, seringkali mengorbankan kualitas dan akurasi," ungkap Dr Griffin.

Menurut dia, tes Covid-19 berbasis artificial intelligence ini memiliki fitur yang baik, laporan spesifisitas dan sensitivitas juga cukup baik.

"Tetapi saya memiliki sedikit kekhawatiran dalam menggunakan spesimen yang minim invasif," kata Dr Griffin.

Milton-White menegaskan para ilmuwan di Bristol University menemukan tes Covid-19 tersebut memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi, yakni mencapai 99,8 persen.

Namun, Dr Griffin tetap ingin melihat lebih banyak data validasi lokal, dibandingkan "standar emas" yang disampaikan saat ini.

"Saya pikir tes (cepat) ini akan tetap berguna, tapi kita perlu menafsirkannya dalam konteks, mungkin menganggapnya lebih berguna sebagai tambahan pengujian konvensional, bukan sebagai pengganti," jelas Dr Griffin.

Saat ini, menurut Milton-White teknologi tes Covid-19 berbasis kecerdasan buatan tersebut sedang diuji di sejumlah institusi medis di Inggris.

Australia akan memiliki perangkat tes Covid-19 berbasis AI itu dalam beberapa hari ke depan.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/09/13/120300623/tes-covid-19-berbasis-ai-ahli-sebut-tak-bisa-gantikan-metode-saat-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke