Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penguin Raksasa dari Selandia Baru ini Punya Doppelganger, Seperti Apa?

KOMPAS.com - Para peneliti mengklaim menemukan kesamaan yang mencolok pada tulang fosil penguin purba dari Selandia Baru dengan yang ditemukan di belahan utara Bumi.

Penguin raksasa Selandia Baru diketahui hidup pada 62 juta tahun lalu, dan berdasarkan studi yang diterbitkan di Journal of Zoological Systematics and Evolutionary Research, ternyata penguin ini memiliki doppelgangers.

Temuan fosil penguin raksasa purba yang sama tersebut juga ditemukan di Jepang, Amerika Serikat dan Kanada, namun jauh lebih muda, yakni Plotopterids.

Kesamaan fosil Plotopterid dan penguin purba

Melansir Phys, Rabu (1/7/2020), para ilmuwan telah mengidentifikasi kesamaan yang mencolok antara tulang fosil pengin dan tulang kelompok burung yang lebih muda di Northern Hemisphere.

Para ahli paleontologi, sebelumnya, telah menemukan fosil tulang-tulang penguin monster di Waipara, North Canterbury.

Mereka juga telah mengidentifikasi sembilan spesies, mulai dari penguin kecil, seperti yang dikenal saat ini Penguin Bermata kuning hingga yang berukuran raksasa dengan tinggi 1,6 meter.

Sedangkan Plotopterid hidup di belahan bumi utara, dengan spesies pertama muncul antara 37 dan 34 juta tahun yang lalu.

Fosil mereka telah ditemukan di sejumlah situs di Amerika Utara dan Jepang. Seperti penguin, burung ini menggunakan sayap seperti sirip untuk berenang di laut.

Penelitian ini dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya Dr Gerald Mayr dari Senckenberg Research Institute and Natural History Museum, Frankfurt bersama James Goedert of the Burke Museum of Natural History and Culture and University of Washington, Amerika Serikat dan Dr. Paul Scofield and Dr. Vanesa De Pietri dari Canterbury Museum Curators.

Para peneliti ini menemukan plotopterid dan penguin purba memiliki paruh panjang yang sama, dengan lubang hidung seperti celah, dada dan tulang bahu yang serupa.

Memahami fungsi sayap burung untuk berenang

Peneliti mengungkapkan kesamaan ini menunjukkan bahwa Plotopterids dan penguin raksasa terlihat sangat mirip.

Para ilmuwan menilai studi ini mungkin dapat membantu memahami bagaimana burung mulai menggunakan sayapnya untuk berenang daripada untuk terbang.

Kesamaan anatomi tubuh yang diidentifikasi tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok spesies burung ini adalah perenang yang kuat di masa itu.

Sayap-sayap ini memungkinkan tubuh mereka terdorong ke bawah air untuk mencari makanan.

Penguin paling awal yakni pada 62 juta tahun yang lalu, diketahui berenang di laut tropis yang hampir merendam daratan yang sekarang menjadi Selandia Baru.

Namun, tidak seperti penguin, yang dapat bertahan hidup hingga di era modern, spesies plotopterid terakhir telah punah sekitar 25 juta tahun yang lalu.

Beberapa spesies dari kedua kelompok ini dapat tumbuh dengan ukuran tubuh yang sangat besar.

Bahkan, Plotopterid terbesar yang diketahui memiliki panjang lebih dari 2 meter, sementara beberapa penguin raksasa, tingginya mencapai 1,6 meter.

"Baik penguin purba maupun plotopterid merupakan contoh dari evolusi konvergen, yakni ketika organisme yang saling berjauhan mengembangkan sifat morfologis yang sama dalam kondisi lingkungan yang serupa," ungkap Dr. De Pietri.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/07/02/100200923/penguin-raksasa-dari-selandia-baru-ini-punya-doppelganger-seperti-apa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke