Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IAI Minta Masyarakat Waspada, Jangan Mudah Percaya "Arsitek"

Kompas.com - 26/01/2023, 20:00 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Georgius Budi Yulianto mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya terhadap orang-orang yang mengaku sebagai arsitek atau "arsitek".

Sebab, untuk menjadi seorang arsitek harus dibuktikan dengan kepemilikan Surat Tanda Registrasi Arsitek atau STRA.

Imbauan ini menyusul para oknum yang menyebut atau mengaku dirinya arsitek dan berkeliaran di industri konstruksi selama puluhan tahun. Padahal, sambungnya, mereka tidak memiliki kompetensi yang memadai apalagi beretika profesi.

Namun, setelah melalui perjalanan panjang dan berliku, ketidakpastian itu akhirnya mendapatkan jalan keluarnya. Pada tanggal 8 Agustus 2017, Undang-undang Nomor 6 tahun 2017 tentang arsitek sah berlaku.

Baca juga: IAI Klaim Karya Arsitek Indonesia Sejajar dengan Arsitek Dunia

"Peristiwa itu menandai kebangkitan profesi arsitek. Kepastian hukum atas profesi arsitek sesungguhnya merupakan jaminan bahwa layanan arsitek dapat dipertanggungjawabkan dan karya arsitekturnya sesuai keandalan bangunan yaitu keselamatan, kenyamanan, kemudahan dan kesehatan," ucap Georgius, dalam keterangannya, Kamis (26/1/2023).

Kebangkitan profesi arsitek Indonesia juga telah diakui dunia. Sejumlah karya arsitektur anak bangsa sudah mampu bersaing di level internasional.

Sebut saja penataan Kampung Kali Code di Yogyakarta, pembangunan Kawasan Citra Niaga di Samarinda, Masjid Said Naum di Jakarta, dan terakhir Bandara Banyuwangi.

"Di ranah cagar budaya, upaya pelestarian Gedung Arsip Nasional di Jakarta tahun 2001 dan pelestarian Kampung Wae Rebo di Flores tahun 2012 telah menerima UNESCO Asia-Pacific Awards for Cultural Heritage Conservation. Peristiwa itu membuktikan kualitas karya Arsitek Indonesia di tingkat dunia," bebernya.

Kehadiran dunia arsitektur di Indonesia juga diperkuat dengan terbentuknya Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI).

Ketua APTARI Yulianto Purwono Prihatmaji menjelaskan, di bawah naungannya, anak bangsa mulai dibimbing dan diarahkan secara terukur dan bertanggung jawab untuk mendapatkan persiapan yang matang menjalani proses menjadi arsitek di tiap-tiap perguruan tinggi.

Dengan rujukan sistim validasi UIA (International Union of Architect), salah satunya adalah Canberra Accord, maka capaian pembelajaran lulusan 16 kompetensi arsitek diadopsi sekolah arsitektur di Indonesia dan tetap bersinergi dengan ciri khas dan keunikannya masing-masing.

"Untuk kesetaraan kualitas dan fasilitas sekolah arsitektur di Indonesia, APTARI, IAI, DAI akan membentuk Indonesian Architectural Accrediting Board atau IAAB bersama pemerintah dan para mitra yang lain," ungkap Yulianto.

Senanda dengan hal tersebut, Ketua Dewan Arsitek Indonesia (DAI) Bambang Eryudhawan menyatakan, lembaganya saat ini bertanggung jawab mengemban tugas dan fungsi untuk menetapkan seseorang menjadi arsitek melalui STRA.

Bambang melanjutkan, nantinya pemilik STRA yang akan bertanggung jawab atas gambar dan dokumen perancangan arsitektur dalam proses perijinan serta dapat mengambil lisensi arsitek yang dikelola bersama antara IAI dan pemerintah provinsi.

"Bagi yang tidak memiliki STRA, maka yang bersangkutan tidak boleh menyebut dirinya arsitek dan tidak boleh menjalankan praktik arsitek," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com