KOMPAS.com – Menurunnya tingkat kasus positif Covid-19 setelah gelombang kedua tahun lalu mengakibatkan dibukanya kembali perbatasan antar wilayah di seluruh dunia.
Oleh karena itu, sektor perhotelan mulai bangkit secara perlahan, meskipun pertumbuhannya masih belum signifikan.
Melansir Architectural Digest, Minggu (16/1/2022), Wall Street Journal melaporkan bahwa meskipun virus varian Omicron muncul, tidak sedikit orang yang berbondong-bondong berkunjung ke resor pantai, pondok ski dan tujuan rekreasi lainnya.
Bahkan berdasarkan analisis STR, tingkat hunian hotel pada Hari Natal mencapai rekor, yaitu berada di angka 47,2 persen. Ini menunjukkan pencapaian yang lebih besar dari tahun 2015, yakni sekitar 47 persen.
Baca juga: Serupa Tapi Tak Sama, Ini Bedanya Hotel dan Motel
Namun, peningkatan itu tentu diiringi dengan dampak setelahnya. Tercatat, properti perhotelan Amerika Serikat mengalami kesulitan untuk memperoleh pasokan sampo, handuk dan kebutuhan dasar lainnya.
Asisten professor di Tisch Center for Hospitality at New York University Bjorn Hanson mengatakan bahwa daftar barang yang dibutuhkan oleh hotel dan yang tidak mereka miliki masih terus berlanjut karena kurangnya pasokan dan penundaan pengiriman.
“Seorang konsumen biasanya membeli satu item, tetapi hotel membutuhkan 50, 100 atau lebih dari 1, dan jumlah besar ini sangat sulit untuk diamankan,” ujar Hanson.
Salah satu contohnya adalah hotel mewah di Fifth Avenue, The Pierre yang mengalami krisis rantai pasok.
Pihak The Pierre mengatakan bahwa mereka telah memesan persediaan yang cukup selama tahun-tahun di awal pandemi berlangsung.
Akan tetapi, persediaan tersebut dirasa kurang setelah tingkat hunian hotel yang meningkat pada beberapa minggu pertama bulan Januari
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.